"Gue harus fair ya, gak. Tapi kalau dia mau cerai, gue ladenin. Tapi nyesel abis itu," ujarnya lagi.
Sayangnya, kedatangan ibunya tak lantas membuat masalah selesai.
Malahan, mereka ribut semakin besar karena Oliv tidak bisa ditenangkan Densu.
"Begitu ngomong lagi sama dia, berantem lagi. Duar, gede lagi bro! Serius gue gak bohong! Itu pertengkaran pertama! Gue syok! Gue belajar dari kesalahan gue di masa lalu, mengalah adalah keputusan terbaik. Tapi makin gue ngalah dia makin naik," tutur Densu.
Bahkan Densu sudah pasrah jika memang jalannya harus berpisah, ia akan mengikuti kehendak Tuhan.
"Di situ gue ambil resiko paling gede yang tidak mau gue lakukan. Gue bilang, oh lo mau nantang Denny yang dulu? Lo pikir gue takut kehilangan? Kalau perempuan sudah tidak bisa gue arahkan dan gue sudah sabar, waktunya kita perang dan waktunya gue hilang. Gue berdoa pada Tuhan kalau Kau menghendakkan ini bubar, bubar aja," lanjutnya.
Tak disangka, justru Oliv malah melunak.
Oliv pun sadar ia tidak bisa terus-menerus keras kepala karena bagaimana pun juga, Densu adalah kepala rumah tangga.
Dari sana lah akhirnya tumbuh nafsu.
"Di situlah tumbuh nafsunya. Jadi setelah itu gue merasa wanita ini worth it to fight for. Dia adalah pilihan terbaik dalam hidup gue. Akhirnya kadang-kadang gue jadi anak muda lagi, serangan fajar, serangan subuh, serangan malam, serangan tidur. Wih mantap kali. Kalau dia tidur wah makin nafsu," pungkas Densu.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar