Hasilnya diketahui bahwa operasi usus buntu sukses pada 99,6 persen pasien.
Sementara itu, pada pasien yang diberi antibiotik dan diikuti kesehatannya selama setahun, 73 persen tidak butuh operasi.
Tapi sekitar 27 persen yang diobati antibiotik tetap perlu dioperasi setahun kemudian.
Walau demikian, tidak ada komplikasi berarti yang dialami oleh pasien yang menunda operasinya. Penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association (JAMA).
Menurut Dr.Edward Livingston, deputi editor JAMA, belum jelas sejarahnya mengapa orang yang sakit radang usus buntu harus dioperasi.
Yang pasti, operasi tersebut kini jadi hal yang rutin setiap ada pasien yang sakit usus buntu.
Namun, kemajuan teknologi diagnostik, misalnya dengan CT scan, membuat kemajuan mendiagnosis penyakit usus buntu.
"Dengan pemeriksaan ini hasilnya sangat akurat," kata Livingston.
Selain itu, antibiotik yang ada sekarang sangat kuat dan bisa membunuh semua bakteri yang menyebabkan radang usus buntu.
"Radang usus buntuk bukan kondisi yang darurat, dokter bisa memberikan antibiotik dan menunggu hasilnya.
Jika radangnya kambuh bisa dilakukan operasi, jika tidak sebenarnya tak ada komplikasi dengan menundanya," ujarnya.
Ia menambahkan, walau operasi pengangkatan usus buntu bisa ditoleransi, tapi selalu ada risikonya dan juga rasa nyeri.
Ditambah lagi, operasi butuh biaya besar.
Baca Juga: 6 Jenis Makanan untuk Bantu Proses Pemulihan Pasca Operasi Usus Buntu
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Radang Usus Buntu Tak Selalu Perlu Dioperasi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Hani Arifah |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar