GridFame.id -
Dijaman yang semakin maju ini penggunaan paylater memang semakin meningkat.
Bahkan, beberapa aplikasi e-commerce kini memiliki fitur paylater.
Paylater sendiri merupakan fitur dimana konsumen bisa membeli dahulu lalu dibayar belakangan.
Untuk pembayarannya bisa dicicil selama bulanan atau 30 hari saja tergantung pilihan.
Penggunaan paylater sendiri semakin meningkat tajam sejak pandemi Covid-19 mulai masuk.
Beberapa orang merasa terbantu dengan adanya paylater ini.
Meskipun harus membayar lebih, mereka pun nampaknya tak mempermasalahkan.
Namun, apakah kalian tahu kalau ada dampak yang tak baik dari banyaknya penggunaan paylater ini?
Ya, banyaknya pengguna paylater ini rupanya memberikan dampak buruk.
PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore mencatat pertumbuhan kredit buy now pay later (BNPL) atau paylater meningkat pesat di Indonesia selama 2 sampai 3 tahun terakhir seiring dengan peningkatan risiko kredit macet (non performing loan/NPL).
Baca Juga: Cara Dafar Tokopedia Paylater, Bunganya 0% !
Direktur Utama IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengatakan, produk paylater telah memproses 78 juta fasilitas pinjaman selama Januari-Juli 2022. Dengan total nilai pinjaman sebesar Rp 3,1 triliun.
"Artinya ini menunjukkan dalam periode singkat pertumbuhan BNPL ini sudah mengalahkan dari sisi total fasilitas kredit produk-produk (kredit) lainnya yang ada di perbankan atau multifinance," ujarnya saat IdScore Editor Luncheon di Meradelima Resto, Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap produk paylater juga dapat terlihat pada banyaknya lembaga keuangan seperti perbankan, multifinance, fintech, hingga e-commerce yang meluncurkan fasilitas kredit berupa paylater.
Selain itu, jika melihat data tren pinjaman kredit berdasarkan jenis debiturnya, pada Juni 2022 ke Juli 2022 sangat terlihat lonjakan pemberian fasilitas kredit di segmen individu. Hal ini berbeda dengan debitur dari segmen korporasi yang pinjaman kreditnya stagnan dari bulan ke bulan.
"(Pinjaman kredit segmen individu) dari sebelumnya mungkin stabil, dalam 1-2 bulan terakhir ini menunjukkan signifikansi peningkatan yang luar biasa, ini didominasi oleh faktor BNPL tersebut," ucapnya.
Kendati demikian, seiring dengan pertumbuhan penggunaan paylater yang signifikan ini, risiko NPL dari paylater juga meningkat.
Hal ini terlihat selama 2022 dari bulan ke bulan tren NPL produk paylater paling tinggi dibandingkan produk kredit lainnya. Berdasarkan data IdScore terbaru, pada Juli 2022 NPL dari paylater sebesar 6,49 persen, sementara NPL KKB motor dan KPR masing-masing 3,30 persen dan KKB mobil, kartu kredit, dan KTA di kisaran 2 persen.
"Ini memang tentu secara linier tingkat pertumbuhannya memang luar biasa cepat dan dari sisi NPL memang sangat tinggi," kata Abimanyu.
Oleh karenanya, dia meminta perbankan, multifinance, fintech, hingga e-commerce yang menyalurkan pembiayaan kredit melalui paylater agar mengelola risiko NPL lebih hati-hati.
"Kita memberikan kredit tapi kita juga harus aware terhadap risiko yang mungkin timbul," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengguna Paylater Meningkat, Risiko NPL Semakin Tinggi"
Baca Juga: Gampang Banget, Ini Cara Aktivasi Lazada Paylater Limit Sampai Rp 5 Juta!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar