Dalam publikasi itu, dokter melaporkan bahwa Ehmer menyanyikan lagu-lagu kematian setengah jam sebelum kematian benar-benar menjemputnya. Menurut Nahm, perilaku itu juga kerap dijumpai pada orang lain yang akan meninggal.
Apa yang memicu "terminal lucidity"? sampai saat ini, pemicunya masih misteri. Nahm masih menggugah kesadaran banyak peneliti untuk menaruh perhatian pada soal itu.
Pada pasien yang mengalami tumor otak, kata Nahm seperti dalam tulisan Peskin di New York Times 11 Juli 2017 lalu, terminal lucidity bisa dipicu oleh penyusutan otak yang berakibat pada pikiran yang lebih jernih.
Tapi, pada penyakit ginjal, jantung, atau orang sehat, penyebabnya belum diketahui.
Nahm mengatakan, penelitian pada terminal lucidity bermanfaat secara medis maupun bagi keluarga yang ditinggalkan. Mereka bisa lebih siap menghadapi kematian orang yang dicintainya, dikutip dari Kompas.com.
Dikutip dari berbagai sumber, hal pertama yang mungkin dirasa yakni dicabutnya kekuatan sehingga orang tersebut bakal merasa lemah dan tidak berdaya.
Kemudian rasa lezatnya makanan dari mulut dicabut sehingga tidak ingin memakan apapun meski makanan yang tersedia sebenarnya amat lezat.
Cahaya terang pada wajah seseorang yang akan meninggal pun diambil, hal ini membuat wajahnya terlihat pucat dan bahkan dia tidak akan mengenal orang-orang yang berada di sekitarnya.
100 hari menjelang kematian
Ketika waktu Ashar telah lewat, orang yang sakit akan merasa sekujur tubuhnya menggigil dengan getaran yang sangat kuat, mulai dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.
40 hari menjelang kematian
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar