GridFame.id - Percayakah Anda pada mitos?
Ada banyak mitos soal makam yang dipercaya sampai saat ini.
Keberadaan mitos itu dipercaya secara turun temurun sejak zaman dahulu.
Para orang tua mengangga makam sebagai salah satu tempat yang harus disakralkan.
Bukan hanya sebagai tempat peristirahatan terakhir orang-orang yang telah berpulang, makam juga disebut menjadi hunian bagi berbagai makhluk halus.
Tak jarang di beberapa daerah di Indonesia, masyarakat kerap memasang sajen di makam.
Bukan itu saja, makam orang yang baru meninggal juga biasanya akan dijaga keluarga selama 7 hari 7 malam.
Apalagi jika yang meninggal adalah gadis muda yang belum menikah.
Sebagian orang juga percaya bahwa keluarga harus menancapkan pohon pisang atau tanaman lain di atas makam.
Sebenarnya apa arti mitos menancapkan pohon di atas makam?
Simak penjelasan sebenarnya menurut Islam.
Baca Juga: Mitos Banyak Cicak di Rumah Menurut Islam, Kalau Dibunuh Dapat Pahala?
Beberapa orang masih mempercayai mitos menancapkan pohon di atas makam.
Tak sedikit yang menyebut dengan menancapkan pohon di atas makam, orang yang meninggal bisa terhindar dari siksa kubur.
Di beberapa daerah, makam seseorang yang meninggal sebelum menikah pun ditandai dengan menancapkkan pohon pisang di atasnya.
Pasalnya, hal ini diyakini mampu menjauhkan jenazah dari niat buruk orang lain.
Pasalnya makam orang yang meninggal sebelum menikah kerap dinilai sakral dan dijadikan tempat meminta hal gaib.
Namun tak sedikit pula yang menyebut pohon di atas makam hanya dipakai sebagai pengingat bahwa kematian datang tanpa mengenal umur dan jenis kelamin.
Sementara itu dalam Islam, ada hadist yang meluruskan tentang mitos yang masih dipercaya sampai saat ini.
Dikutip dari almanhaj.or.id, ada takhrij hadist yang menyebabkan orang keliru dengan maksud menancapkan pohon di atas makam.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Baca Juga: Waduh Benarkah Bisa Tuai Kesialan Bertubi-Tubi Jika Ditinggalkan Begitu Saja? Ternyata Ini Arti Mitos Mengubur Kucing yang Mati Tertabrak
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan.
Lalu Beliau bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah.
Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?”
Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.”
Ada yang memahami hadits di atas dengan pemahaman keliru.
Sebagian mereka berpikir dengan hadits ini, penyebab diringankan azab kedua penghuni kubur ini ialah karena dua pelepah yang masih basah bertasbih kepada Allah sedangkan yang kering tidak.
Padahal meletakkan pelepah di kuburan itu merupakan kekhususan Rasulullah SAW.
Dan rahasia keringanan adzab atas kedua penghuni kubur tersebut bukan dikarenakan pelepah yang basah, akan tetapi karena syafa’at dan doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak mungkin peristiwa itu bisa berulang.
Karena itu, tak ada yang mengharuskan keluarga menancapkan pohon di atas makam keluarga yang meninggal dunia.
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar