GridFame.id - Musisi Melly Goeslow mengaku capek mengonsumsi obat diet, istri Anto Hoed pun lebih memilih metode lain untuk menurunkan berat badannya.
Melly Goeslow pun akhirnya berhasil menurunkan berat badan sampai 23 Kilogram.
Sebelumnya, berat badan Melly diketahui 87 kilogram dan sekarang 64 kilogram.
Penurunan berat badan sebanyak 23 kilogram itu diperolehnya dalam waktu empat bulan.
Usai berhasil menurunkan bobot tubuhnya, Melly mengaku kini badannya lebih ideal dan sehat.
Ia mengaku tak pernah membayangkan sebelumnya.
Melly Goeslow pun mengaku mengubah gaya hidupnya dengan tidak begadang.
Pelantun 'Salah' ini pun mengaku begitu senang dengan pencapaiannya.
Lantas apa yang dilakukan Melly Goeslow?
Memiliki tubuh ideal memang menjadi idaman banyak orang tak hanya wanita tetapi juga laki-laki.
Berbagai cara dan upaya pun ditempuh, mengetahui lebih jauh terkait metode yang dijalani Melly Goeslow sampai turun berat badan 23 kilogram simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Melly Goeslow Jalani Operasi Bariatrik
Penyanyi Melly Goeslaw belum lama ini menjalani operasi Bariatrik di Rumah Sakit Pondok Indah. Operasi bariatrik dijalani Melly selain untuk mencegah obesitas tapi juga agar mendapat tubuh yang lebih sehat.
Ada beberapa perubahan pola hidup dan makan yang dirasakan Melly setelah menjalani operasi itu.
“Aku sekarang (berat badannya) 64 kilogram dari 87 kilogram. Udah mau empat empat bulan tanggal 15 ini (setelah operasi bariatrik). Semua jeans-ku udah ready dikecilin,” ujar Melly Goeslaw dikutip dari Kompas.com.
Melly Goeslaw menuturkan, operasi yang dijalankannya merupakan salah satu bentuk bersyukur kepada Tuhan.
Ada beberapa alasan Melly memutuskan operasi bariatrik. Salah satunya, ia lelah terus mengonsumsi obat diet.
“Karena aku sebenarnya sudah capek konsumsi obat diet. Bayangin aja 12 tahun, berapa juta obat yang masuk ke badan gue. Belum suntikan dan sebagainya,” ungkap Melly.
Ia mengaku sulit untuk menjalani program diet karena tak bisa mengerem makan. Berhenti merokok Gaya hidup dan pola konsumsi Melly Goeslaw pun benar-benar berubah setelah menjalani operasi bariatrik.
Salah satunya, Melly bisa berhenti merokok dan mengonsumsi makanan sehat. “Aku enggak menyangka, banyak hal baru yang bagus ketika memutuskan bariatrik pengin langsing. Aku bisa berhenti ngerokok, enggak begadang. Jam 22.00 udah ngantuk, aku enggak pernah bayangin sebelumnya,” ucap Melly.
“Waktu sebelum operasi aku periksa aku ketahuan aku diabet. Nah setelah bariatrik, diabetnya bagus. Terakhir 250 sekarang 99 sekarang,” tutup Melly.
Siapa Saja yang Boleh Jalani Operasi Bariatrik?
Untuk diketahui, operasi bariatrik adalah prosedur bedah digestif untuk memodifikasi saluran cerna pada pasien kelebihan berat badan atau obesitas, sehingga dapat menurunkan berat badan dan risiko komorbid. Kendati bertujuan untuk menurunkan berat badan, operasi bariatrik tidak untuk estetika atau penampilan semata.
Walaupun penampilan kemungkinan besar menjadi suatu hasil yang didapatkan pasien di kemudian hari. Menurut Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif Rumah Sakit Pondok Indah – Pondok Indah, Dr dr Peter Ian Limas, Sp.B.SubBDig, prosedur bariatrik tidak diperuntukkan bagi semua orang. Sebab, ada syarat-syarat tertentu yang harus terpenuhi agar pasien bisa melakukannya.
"Kita hanya melihat pasien obesitas yang memang morbid obesitas, artinya yang BMI-nya tinggi," ujar Peter dalam diskusi daring bersama media, Jumat (22/7/2022). "Tidak sembarangan pasien obesitas kita operasi ya, kalau begitu bisa siang-malam mungkin. Intinya tidak semua pasien obesitas dalam radar bedah bariatrik," tegasnya.
Selain itu, pasien operasi bariatrik juga biasanya telah mencoba berbagai jenis diet dan tak memberikan hasil. Sehingga tindakan ini menjadi pilihan untuk mereka bisa menurunkan berat badan yang lebih sehat.
"Indikasi paling gampang ya indeks massa tubuh. Kalau di Asia di Indonesia, IMT syaratnya 35 ke atas tanpa diabetes, hipertensi, atau hiperkolesterol. Tapi kalau sudah ada diabetes, biasanya BMI 30 pun ada indikasi untuk operasi, tapi catatannya indeks lemaknya yang tinggi," jelasnya.
Dia mengatakan, jika seseorang dengan tinggi 165 cm maka BMI 35 adalah 95 kg. Dengan berat badan demikian, maka sulit untuk orang tersebut menurunkan berat hingga ke berat idealnya, yaitu 62 kg. Pasien inilah yang sebenarnya memerlukan bantuan pembedahan, dengan bariatrik.
"Kenapa harus demikian? Karena pasien yang obesitasnya tidak terlalu tinggi, kita harus mempertimbangkan risk sama benefit-nya. Jadi kalau misalnya kita hanya mau menurunkan 3-4 kilogram ngapain kita bedah juga, enggak kena," papar Peter.
Adapun syarat bedah bariatrik dibatasi dengan body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT), antara lain:
"Kalau tanda-tanda kapan harus operasi mungkin (dilihat) BMI-nya, kemudian ada enggak diabetes, hipertensi, hiperkolesterol," kata Peter. "Diabetes itu biasanya kalau habis operasi dalam beberapa hari diabetesnya bisa tidak bergejala, diabetesnya normal, sama hipertensi juga. Mungkin kalau hiperkolesterol bisa lebih lama hilangnya," jelasnya.
Dokter Peter menyampaikan, ada sejumlah persiapan yang perlu dilakukan pasien sebelum menjalani operasi bariatrik antara lain:
Setelah operasi bariatrik Pasien yang telah menjalani operasi bariatrik akan mengalami penurunan nafsu makan. Dokter juga akan mendampingi pasien hingga sekitar setahun pasca operasi untuk membantu perubahan kebiasaan sehari-harinya.
Setelah melakukan operasi bariatrik seperti Melly Goeslaw, pasien masih akan terus didampingi untuk bisa beradaptasi dengan modifikasi pencernaan yang baru.
Misalnya, pasien yang menjalani operasi bariatrik jenis sleeve gastrectomy akan dilakukan adaptasi baru dengan porsi makan jauh lebih sedikit dari sebelumnya, dan disebut langsung kenyang meski hanya makan 2 sampai 3 suapan.
Dia menambahkan, pasien akan didorong untuk banyak mengonsumsi protein. Sementara tubuh dilatih untuk membakar lemak tubuh sebagai bahan bakar kalori atau energi.
"Lama-lama (polanya) berubah, makan sedikit, lebih bergizi dan sehat. Jadi membentuk kebiasaan baru, tubuh di-setting ulang," ujarnya.
Lebih lanjut, Peter berkata, meski pola makan pasien berubah setelah bedah bariatrik, aktivitas sehari-hari diharapkan tetap berjalan normal. Mengingat, prosedur itu tergolong bedah dengan tingkat risiko rendah.
"Aktivitas sehari-harinya kita harapkan normal, dia berjalan normal, bekerja normal, dia jalan kaki normal, naik tangga normal, enggak lemas. Tubuh juga lama-lama akan tahu, 'oh kita enggak dikasih lagi nih karbohidrat. Nasi biasanya ada, enggak ada lagi nih sekarang. Sekarang saya mesti ambil dari lemak'," pungkas Peter.
Baca Juga: Turun 10 Kg Selama Seminggu Tanpa Tersiksa! Pakai Metode Ini Dijamin Ampuh
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar