GridFame.id -
Belum lama ini salah satu lembaga mengadakan survey.
Dalam survey tersebut terlihat masyarakat mana saja yang terjerat galbay pinjol.
Bukannya orang dewasa, nyatanya banyak anak muda yang terjerat pinjol.
Mirisnya, ada yang usia dibawah 19 tahun sudah terjerat pinjol.
Padahal gagal bayar pinjol ini sangat mempengaruhi masa depannya.
Dimana galbay pinjol dapat menyebabkan BI Checking jelek.
Belakangan diketahui bahwa ada beberapa perusahaan yang melakukan pengecekkan BI Checking.
Mereka melakukan cek skor kredit BI Checking kepada calon pegawainya.
Jika jelek, tentu para pelamar kerja tak diloloskan.
Selain itu, galbay pinjol terutama mahasiswa juga berpengaruh pada beasiswanya loh.
Berikut risiko galbay pinjol bagi mahasiswa.
Baca Juga: Makin Banyak yang Lapor, Polisi Ungkap Taktik Pinjol Supaya Utang Kita Tak Kunjung Lunas!
Melansir dari Kompas.com, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Frederica Widyasari Dewi menjelaskan PayLater membuat banyak generasi muda terlilit utang.
Kiki menurutkan jika nekat galbay pinjol maka akan blacklist di Lembaga keuangan.
Dimana hal ini akan berpengaruh ketika melamar pekerjaan hingga beasiswa.
Sejumlah Lembaga beasiswa dan perusahaan sangat memperhatikan riwayat kredit para calon karyawan dan pencari beasiswa.
“Kami juga kasih tahu anak-anak muda dalam berperilaku di sektor keuangan karena di PayLater kalau macet akan masuk di SLIK saat daftar kerja susah, ajuin KPR susah," lanjut Kiki.
Risiko galbay pinjol bagi mahasiswa:
- Mahasiswa mungkin merasa frustasi dengan pembayaran bulanan yang tinggi, dan ini bisa mengakibatkan utang berkepanjangan yang terus bertambah seiring berjalannya waktu.
- Beberapa layanan pinjol mungkin tidak terdaftar secara sah atau melanggar hukum.
- Pinjol sering kali meminta akses ke informasi pribadi seperti akun media sosial atau daftar kontak telepon.
Ada risiko bahwa data pribadi mahasiswa bisa disalahgunakan atau disebarkan tanpa izin.
- Beberapa perusahaan pinjol mungkin menggunakan telemarketing agresif atau tekanan emosional untuk mendorong mahasiswa untuk mengambil pinjaman.
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar