Pemilik usaha dengan tipe ini diduga hanya ingin keuntungan dari modal yang dibayarkan mitra kepadanya.
Ciri lainnya menurut Adythia Pratama, yaitu ketika pemilik waralaba menawarkan laba balik modal yang berkali-kali lipat lebih banyak.
"Kita bayangkan, kalau saya punya Rp1 milliar, saya taruh di deposito bank bunganya maksimal 6 persen, sedangkan franchisor menawarkan 15-16 kali lipat dari bunga bank tersebut," ujar Adythia.
"Pertanyaannya, kenapa mereka tidak membuka bisnis sendiri dengan minjam ke bank," imbuhnya.
Biasanya, hal itu dilakukan karena pemilik waralaba tidak ada tenaga untuk mencari lokasi usaha baru dan merekrut pegawai untuk membantu operasional bisnisnya.
Bahkan saking butuhnya mereka akan mitra, merek dagang dari franchise-nya ditawarkan atau dijual dengan harga yang murah.
"Kalau dia mencari mitra kerja, berarti investor hanya mau sleeping, dalam artian mitra yang memberikan uang lalu ditinggal biar berkembang sendiri," ungkap Adythia.
"Itu bukan franchise yang tepat karena pemilik hanya membutuhkan orang yang mau membantu operasional di sana," jelasnya.
Tipe terakhir yaitu warabala bisnis artis yang umumnya dibuka saat mereka tengah naik daun kemudian akan meredup dalam waktu singkat.
Banyak artis yang membuka bisnis dengan berpikir bahwa penggemarnya banyak, jadi produknya pasti laku.
Padahal, Adythia menilai bahwa kepopuleran pemilik usaha bukanlah faktor penentu suatu bisnis akan sukses atau tidak.
Nyatanya, banyak bisnis UMKM milik orang-orang biasa yang justru berkembang pesat hingga bisa dipasarkan secara internasional.
Oleh karenanya jika Kawan Puan punya ide usaha menjadi mitra bisnis franchise, berhati-hatilah.
Adythia menyarankan, kamu harus memastikan dulu bahwa merek terkait sudah beroperasi setidaknya 4-5 tahun dan mempunyai Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW).
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar