Dalam bisnis konvensional, keberhasilan sering kali bergantung pada interaksi manusia, baik itu antara pemilik dan karyawan, atau antara pemilik dan pelanggan.
Dalam model Autopilot, kebutuhan akan keterlibatan manusia berkurang secara signifikan.
Hal ini bisa menyebabkan hilangnya kontrol terhadap kualitas layanan, hubungan pelanggan, dan bahkan citra merek secara keseluruhan.
Tanpa pengelolaan manusia yang aktif, bisnis bisa kehilangan sentuhan personal yang penting untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Pasar bisnis tidak pernah stagnan.
Dalam model Autopilot, kemampuan untuk menyesuaikan bisnis dengan cepat dan merespons perubahan pasar menjadi terbatas.
Karena keputusan-keputusan strategis tidak dibuat secara langsung oleh pemilik atau manajemen aktif, adaptasi terhadap tren baru, perubahan kebutuhan pelanggan, atau perubahan lingkungan bisnis dapat menjadi sulit dilakukan.
Meskipun investasi awal dalam sebuah franchise Autopilot mungkin terlihat menjanjikan, biaya jangka panjangnya bisa menjadi beban yang signifikan.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Franchise Susu Murni dengan Modal Kecil tapi Untung Besar
Biaya pemeliharaan sistem otomatisasi, perangkat lunak, dan teknologi terkait lainnya dapat meningkatkan biaya operasional secara signifikan.
Sementara itu, potensi keuntungan bisa terbatas karena adanya pembagian keuntungan dengan pemilik merek (franchisor) dan biaya tetap lainnya.
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar