Find Us On Social Media :

Nyatanya WHO Sebut Virus Corona Tak Cukup Dilawan Hanya dengan Lockdown, Ini Langkah yang Harusnya Diambil Sejak Awal

Ilustrasi lockdown

GridFame.id - Banyak negara saat ini menerapkan kebijakan penutupan wilayah (lockdown) guna memutus mata rantai penularan wabah Covid-19.

Sebagian negara memberlakukan jam malam.

Banyak dari negara-negara itu juga menjatuhkan sanksi atas pelanggaran kebijakan tersebut.

Baca Juga: Aktif Lawan Covid-19, Wakil Walikota Bandung yang Dinyatakan Positif Virus Corona Berikan Pesan ini Bagi Masyarakat

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, semua itu tidak cukup untuk mengakhiri pandemi Covid-19.

Menurut WHO, negara-negara tidak bisa hanya menerapkan kebijakan penutupan wilayah (lockdown) untuk mengakhiri pandemi Covid-19 tanpa diikuti oleh intervensi kesehatan untuk mencegah bangkitnya infeksi pascapenutupan wilayah.

“Kita perlu fokus menemukan mereka yang sakit, mereka yang terinfeksi virus korona baru dan mengisolasi mereka, melacak riwayat kontaknya, dan mengisolasi mereka,” kata Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam wawancara dalam siaran Andrew Marr Show BBC, Minggu (22/3/2020).

“Bahayanya sekarang jika penutupan... apabila tidak disertai intervensi kesehatan yang kuat, ketika kebijakan pembatasan mobilitas dan penutupan dicabut, penyakitnya akan muncul kembali.”

Baca Juga: Wajib Tahu! Ternyata Virus Corona Mudah Hancur Oleh Bahan-Bahan Rumah Tangga Ini, Segera Buat Campurannya!

Banyak negara di Eropa dan Amerika Serikat meniru China dan negara Asia lainnya dengan kebijakan pembatasan yang drastis dalam melawan virus korona baru.

Para pekerja didorong untuk bekerja di rumah. Sekolah, bar, pub, restoran ditutup.

Menurut Ryan, contoh di China, Singapura, dan Korea Selatan yang memberlakukan pembatasan ketat yang disertai dengan pemeriksaan semua orang yang terduga, menjadi model bagi Eropa yang kini jadi episenter pandemi.

“Begitu kita menekan penyebarannya, kita harus mengejar virusnya. Kita harus melawan langsung virusnya,” ujar Ryan.

Model Korsel

Sejak melaporkan adanya kasus infeksi virus korona di wilayahnya pada 20 Januari 2020, Korea Selatan fokus mencari jejak pasien yang terkontaminasi virus dan menerapkan pelacakan terhadap mereka yang melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19.

Pemerintah juga aktif melakukan sterilisasi lingkungan yang dikunjungi pasien positif Covid-19.

Baca Juga: Tak Main-Main, Ada Ancaman 1 Tahun Penjara Jika Nekat Gelar Resepsi Nikah atau Nongkrong Saat Wabah Corona

Mereka yang positif kemudian dikarantina.

Langkah pelacakan itu didukung dengan peraturan pemerintah yang memungkinkan mengakses data individu, termasuk data CCTV, GPS tracking dari gawai dan mobil, rekaman kartu kredit, serta informasi dari imigrasi.

Tanpa mengurangi strategi pelacakan (trace), Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC) lebih fokus menerapkan kebijakan pengetesan cepat (rapid test) dalam menghadapi wabah.

Yang terbaru, dengan melibatkan 117 institusi kesehatan untuk menjalankan tes dan 96 laboratorium kesehatan, Korea Selatan mampu mengetes 20.000 orang dalam satu hari.

Akan tetapi, rata-rata mereka mengetes 12.000 orang per hari.

Hingga 18 Maret 2020, lebih dari 270.000 orang telah dites di seluruh Korea Selatan.

Baca Juga: Isolasi Diri untuk Hindari Wabah Virus Corona, Narji Banting Setir Jadi Petani Sayuran di Lahan Bekas Tumpukan Sampah

Strategi tersebut didukung dengan menerapkan pembatasan sosial, seperti melarang pertemuan yang melibatkan banyak orang, menutup sekolah, serta mengimbau warganya melakukan ibadah di rumah dan bekerja dari rumah.

Hingga 17 Maret 2020, terdapat 8.320 kasus terkonfirmasi Covid-19 dengan 81 orang meninggal di Korea Selatan.

Menjaga jarak fisik bisa mengulur waktu dengan memperlambat penyebaran wabah, lanjut Tedros, "tetapi itu langkah-langkah defensif yang tidak akan membantu kita menang".

Baca Juga: Beredar Kabar Uang Kertas Harus Dijemur Karena Bisa Simpan Virus Corona, Begini Kata Ahli

"Agar bisa menang, kita harus menyerang virus dengan taktik agresif dan terarah," jelas Tedros, seraya menekankan kembali seruan untuk digelar "tes bagi semua kasus terduga, mengisolasi, dan merawat semua orang yang terkonfirmasi kasusnya, menelusuri, serta mengkarantina semua orang yang pernah menjalin kontak dengan penderita".

"Jika kalian merasa kurang fit, tetap tinggallah di rumah," kata Samuel Eto'o, salah satu striker paling hebat di Afrika.

 

Artikel ini telah tayang di bebas.kompas.id dengan judul Covid-19 Tak Cukup Dilawan Hanya dengan “Lockdown”