"Eyang adalah sosok panutan kami yang mengajari selalu bersikap rendah hati dan berbuat yang bermanfaat," jelas Gibran.
Gibran juga menceritakan bahwa semasa hidup, Eyang Noto tak pernah ingin membebani keluarga.
"Empat tahun Eyang Noto gerah, tapi tak pernah menunjukkan rasa sakitnya kepada anak cucunya. Beliau masiy berusaha mendatangi pengajian, dan kegiatan-kegiatan lain, bahkan kadang naik becak sendirian, atau meminta diantar sopir," ungkapnya.
"Eyang Noto tidak pernah mau membebani anak-cucunya untuk beragam aktifitas beliau. Puasa dan shalat tahajudnya tak pernah putus, untuk mendoakan kami semua anak-cucunya, agar menjadi orang yang berguna untuk orang banyak," tambahnya.
Gibran mengaku dirinya sangat merasa kehilangan atas meninggalnya Eyang Noto.
"Kami sangat kehilangan atas kepergian beliau. Semoga Allah SWT mengampuni semua kesalahan semasa hidup, menerima semua amal baik dan dikaruniakan surga terbaik. Kami memintakan maaf atas kekurangan dan kekhilafan almarhumah semasa hidup," ujar Gibran.
Terakhir dirinya meminta maaf karena tak memperbolehkan untuk mengikuti pemakaman demi menjalankan anjuran pemerintah.
Ia juga meminta agar masyarakat turut mendoakan eyang Noto dari rumah masing-masing.