Find Us On Social Media :

Terlalu Sering Bertemu Di Rumah Selama Lockdown, Puluhan Suami Istri Rela Mengantri Demi Bisa Bercerai

Ilustrasi perceraian.

Ini menyebabkan tumpukan kasus yang panjang di kantor-kantor pemerintahan.

Di Miluo provinsi Hunan, anggota staf kantor bahkan tidak punya waktu untuk minum air karena begitu banyak pasangan akan cerai yang berbaris.

Sejumlah catatan ini bersumber dari laporan pemerintah kota pada pertengahan Maret lalu.

Petugas pengadilan berjuang untuk mengikuti dan memproses semua nomor aduan dalam satu hari.

"Masalah sepele dalam kehidupan menyebabkan eskalasi konflik."

Baca Juga: Sebut Dirinya Pelayan Masyarakat, Hengky Kurniawan Sediakan Rumahnya Untuk Tempat Istirahat Dokter dan Tim Medis

"Komunikasi yang buruk telah menyebabkan semua orang kecewa pada pernikahan dan membuat keputusan untuk bercerai," kata direktur pusat pendaftaran kota, Yi Xiaoyan.

Sementara itu, pengacara perceraian Shanghai Steve Li di Gentle & Trust Law Firm mengatakan kasus perceraian di tempatnya telah meningkat 25 persen sejak lockdown mereda.

Dulu perselingkuhan jadi sebab nomor satu aduan perceraian di kantor pengacara itu.

Sebab orang-orang berpikir bisa mencari cinta yang baru saat tidak ada di rumah.

Sedangkan waktu-waktu Natal dan Tahun Baru China adalah waktu liburan yang bisa kembali mengeratkan ikatan keluarga.

Saat pandemi ini mulai merebak dengan masif pada akhir Januari, banyak pasangan harus tinggal serumah dengan lama.

Bahkan diantara mereka harus hidup bersama dengan keluarga besar.

Bagi banyak orang di China, mungkin ini terlalu berat nilai Li.

"Semakin banyak waktu yang mereka habiskan bersama, semakin mereka saling membenci," kata Li merujuk kasus barunya.

"Orang-orang membutuhkan ruang. Bukan hanya untuk pasangan, ini berlaku untuk semua orang."

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tingkat Perceraian di Tiongkok Meningkat setelah Lockdown Mulai Berakhir, Sebagian karena KDRT