Ini tidak bisa jadi patokan bahwa laju infeksi harian sudah menurun hanya dengan data tersebut.
"Jadi bayangkan, kalau ini dilaporkan ke kita dan kita percaya adanya penurunan, padahal data ini hanya andalkan dari laporan lab covid kepada otoritas, yang juga tergantung pada alat dan bahan. Jadi ada dimensi lain yang perlu di perhatikan di Indonesia karena lamanya waktu pemeriksaan," paparnya.
Kondisi ini juga tercermin pada kasus Covid-19 di Jakarta yang disebut mendatar.
Jika melihat kurvanya terdapat catatan 486 kasus positif yang tidak memiliki tanggal lapor, data hingga 9 Mei 2020.
Jumlah ini 10 persen dari total kasus positif di Ibu Kota yang sebanyak 5.056 kasus.
Menurutnya, jika 486 kasus itu diletakkan pada grafik terakhir maka hasilnya menunjukkan peningkatan tajam.
Jika angka itu dibagi merata pada grafik setiap harinya, maka juga hasilnya tak mencerminkan situasi yang sebenarnya.
"Jadi hati-hati melihat kurva yang naik atau turun, harus dilihat dulu kelengkapan datanya, cara pelaporan, variabel yang digunakan," ujar Iqbal.