Find Us On Social Media :

Datanya Sering Diragukan, Kini Gugus Tugas Juga Minta Masyarakat Jangan Melihat Angka Kasus Covid-19 Bulat-bulat! Kenapa Ya?

GridFame.id - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 meminta kepada masyarakat untuk melihat angka-angka terkait Covid-19 secara lengkap.

Menurut Gugas, ketika melihat angka-angka soal Covid-19, sebaiknya jangan langsung kaget.

"Ketika kita melihat angka, kita jangan melihat angka bulat di depan mata.

Baca Juga: Hanya dalam Hitungan Bulan, Vaksin Virus Corona Sudah Akan Diedarkan ke Seluruh Indonesia, Sudah Siap?

Semisal kasus positif, kita harus lihat lagi ini angka positif dibandingkan dengan apa," kata Ahli Epidemiologi Tim Pakar Gugus Tugas, dr. Dewi Nur Aisyah, dalam siaran BNPB, Senin (15/6/2020).

Dewi mengatakan bahwa angka positif Covid-19 bertambah tinggi karena memang jumlah pemeriksaan spesimen yang tinggi.

Jika jumlahnya kurang lebih sama, berarti tak ada perbedaan walaupun angkanya bertambah besar.

"Di awal kita punya target pemeriksan 10 ribu (spesimen) per hari.

Sekarang naik 20 ribu per hari. Maka pasti kita melihat lonjakan jumlah kasus positifnya.

Kalau kita bagi, persentasenya mirip-mirip sekitar 10 sampai 14 persen," lanjut Dewi.

Baca Juga: Usaha Demi Wujudkan Berakhirnya Covid-19 dalam Waktu Dekat Segera Menuai Hasilnya, Indonesia Akhirnya Temukan Kombinasi Obat untuk Penyembuhan Pasien Virus Corona

Yang harus diketahui masyrakat selain angka positif, dikatakan Dewi, juga pemeriksaan per hari jumlahnya berapa.

"Apakah benar pemeriksaan berkurang tapi angka positifnya tinggi? Itu jadi warning alert. Tapi kalau misalnya ternyata angka tinggi dan jumlah pemeriksaan tinggi, jangan-jangan positivity rate-nya sebenarnya sama dengan pekan sebelumnya, cuma lebih banyak saja," kata Dewi.

Selain jumlah pemriksaan, pembading terkait angka-angka Covid-19 erat kaitannya juga dengan jumlah penduduk.

Begitu juga dengan angka kesembuhan dan angka kematian, Dewi mengatakan bahwa jumlah pemeriksaan ada pengaruh terhadap angka-angka tersebut.

Baca Juga: Nah Lo! Pasien Sembuh Covid-19 Tiba-tiba Alami Sindrom Nyeri Seperti Ditusuk Pasca Sembuh: 'Corona Penyakit Merepotkan!'

"Yang meninggal itu memiliki fatalitas memang mereka yang punya kondisi penyerta," ujarnya.

"Orang-orang yang punya penyakit ginjal itu risiko terinfeksi dan fatalitas saat ini jauh lebih tinggi. Selain itu, penyakit terkait imunitas seperti penderita HIV, lupus, juga tinggi. Kemudian penderita jantung juga memiliki kondisi penyerta yang memiliki fatalitas tinggi," pungkasnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gugus Tugas Minta Masyarakat Jangan Melihat Angka Terkait Covid-19 Bulat-bulat