GridFame.id - Masyarakat kini diketahui telah mulai kembali menjalani aktivitas seperti biasa.
Meski masih harus mengikuti berbagai protokol kesehatan, masyarakat seolah sudah kembali hidup seperti normal.
Kondisi ini awalnya disebut pemerintah dengan new normal.
Sistem new normal sudah mulai diterapkan pemerintah sejak awal Juni 2020 lalu.
Penggunakan kata new normal ini pun sudah mulai akrab digunakan masyarakat.
Namun, pemerintah justru mau menggantinya dengan kata baru karena dianggap pemilihan kata new normal kurang tepat.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, istilah new normal yang sering digunakan selama pandemi ini adalah diksi yang salah.
Yuri mengatakan, sebaiknya new normal diganti dengan kebiasaan baru. "Diksi new normal dari awal diksi itu segera ubah.
New normal itu diksi yang salah dan kita ganti dengan adptasi kebiasaan baru," kata Yurianto dalam acara Peluncuran Buku "Menghadang Corona: Advokasi Publik di Masa Pandemi" karya Saleh Daulay secara virtual, Jumat (10/7/2020).
Baca Juga: Link Download Drakor Gratis It's Okay to Not Be Okay Episode 1-8 Lengkap Subtittle Indonesia
Yuri menjelaskan, istilah new normal yang sering digaungkan pemerintah belum cukup dipahami masyarakat.
Ia menilai, masyarakat hanya fokus pada kata "normal"-nya saja.
"Dan kemudian yang dikedepankan bukan new-nya, tapi normal-nya. Padahal ini sudah kita perbaiki dengan adaptasi kebiasaan baru," ujarnya.
Lebih lanjut, Yuri mengatakan, saat ini pemerintah tidak akan menyampaikan aturan pencegahan Covid-19 karena dikhawatirkan dapat membuat masyarakat semakin bingung.
Yuri mengatakan, akan lebih baik masyarakat langsung menjalankan aturan-aturan selama pandemi Covid-19.
"Mungkin kami akan bicara ke depan tidak lagi dalam berbicara aturan yang dibuat lagi. Jalankan saja, kalau banyak aturan yang dibuat makin pusing kita, makin pusing, jalankan saja," pungkasnya.A
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jubir Pemerintah Akui Diksi New Normal Salah, Ganti dengan Adaptasi Kebiasaan Baru".