Find Us On Social Media :

Jangan Pernah Makan Nasi yang Memiliki 4 Ciri Berikut Ini, Efeknya Lebih Mengerikan daripada Manfaatnya

Nasi ini nol kalori dan bisa turunkan berat badan 3kg dalam seminggu!

GridFame.id - Nasi merupakan salah satu makanan pokok di negeri ini.

Sebagian besar masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi setiap harinya.

Bahkan ada yang bilang kalau belum makan nasi ya belum kenyang.

Tapi, ingat, ternyata ada rambu-rambu yang harus Anda patuhi soal konsumsi nasi ini.

Ternyata nasi dengan 4 ciri ini dilarang keras untuk dimakan.

Baca Juga: Anak-anaknya Minta Adik Lagi, Maia Estianty Blak-blakan Bongkar Alasan Irwan Mussry Tak Mau Punya Anak: 'Dia Trauma'

Pasti selama ini sering kita sepelekan, ya?

Hampir setiap hari kita mengonsumsi nasi putih sebagai makanan pokok orang Indonesia. 

Namun, seberapa banyak dari kita yang memerhatikan kelayakan nasi yang ingin kita makan.

Pasalnya, nasi dengan kondisi tertentu dilarang keras untuk dimakan.

Karena dampak buruknya sangat berbahaya untuk tubuh dan bisa jadi sumber penyakit.

Bahkan, nasi dengan 4 ciri ini sebenarnya sudah harus dibuang dan tidak lagi layak dikonsumsi, lo. 

Yuk, cari tahu bersama.

1. Lembek dan berair

Nasi yang disimpan terlalu lama akan menjadi basi.

Nasi basi memiliki kandungan air yang lebih lama, sehingga akan terlihat lembek dan berair.

Jika menemukan tanda-tanda seperti ini, nasi sebaiknya dibuang saja untuk menghindari jamur atau bakteri yang tumbuh pada nasi.

2. Berwarna kekuningan

Jika warna nasi sudah berubah menjadi kekuningan, itu artinya nasi sudah terlalu lama disimpan.

Sebaiknya nasi yang sudah berubah warna kekuningan ini tidak dikonsumsi lagi.

Bahkan, kita juga bisa melihat adanya bercak-bercak jamur pada nasi.

3. Beraroma tak sedap

Nasi yang menunjukkan tekstur lembek dan berair biasanya juga mengeluarkan bau tak sedap.

Hal ini terjadi karena menyimpan nasi di tempat yang tidak tepat sehingga bakteri mudah masuk.

Jangan konsumsi nasi apabila tercium bau tak sedap karena berbahaya untuk kesehatan.

4. Keras dan kering

Penelitian membuktikan bahwa nasi yang disimpan di kulkas atau yang sudah dingin memiliki kadar kalori yang rendah dan lebih awet.

Namun, kita tetap perlu memperhatikan teksturnya.

Jika tekstur nasi sudah begitu keras dan kering seperti kerak, sebaiknya nasi tersebut tidak dikonsumsi lagi.

Setelah mengetahui ciri-ciri nasi yang sudah tak layak konsumsi, kamu juga perlu mengetahui cara memasak nasi yang benar.

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Belfast, Irlandia, menyebut bahwa cara memasak nasi selama ini ternyata banyak salah.

Alih-alih membuat sehat, cara memasak nasi seperti itu dianggap berbahaya bagi tubuh.

Diwartakan laman Grid Health, studi tersebut memaparkan bahwa nasi yang dimasak dengan cara yang kurang tepat masih meninggalkan jejak arsenik yang disebabkan oleh racun industri dan residu pestisida yang tertinggal di tanah.

Untuk mendapatkan nasi yang baik dari segi kesehatan, cara memasak nasi harus dengan jumlah air yang dua kali lipat dari yang biasa kita lakukan.

Profesor Andy Meharg, dari Universitas Queens Belfast, melakukan tes terhadap tiga cara memasak beras untuk melihat tingkat arsenik yang paling banyak.

Tes pertama: memasak beras dengan menggunakan metode satu gelas beras, dua gelas air. Hasilnya, masih ada jejak racun arsenik dalam nasi tersebut.

Tes kedua: menggunakan lima gelas air untuk satu gelas beras. Dengan cara ini nasi memang menjadi lebih lembek seperti bubur tapi tingkat racun arsenik di dalamnya hampir setengahnya.

Tes ketiga: sebelum dimasak, beras direndam semalaman. Prof. Meharg menemukan bahwa cara ini bisa menurunkan racun arsenik hingga 80 persen.

Ketika memasak nasi sebaiknya jangan hanya mengedepannya nasi yang pulen, tetapi juga perhatikan caranya yang benar. 

Baca Juga: Pemerintah Tegas Tolak Kenaikan Upah Minimun 2021, Cek Ini Daftar Lengkap UMP di 34 Provinsi

Artikel ini telah tayang di SajianSedap.com dengan judul “Sering Disepelekan, Nyatanya Kita Dilarang Keras Makan Nasi dengan 4 Ciri Ini! Efeknya Lebih Mengerikan dari Manfaatnya”