Para peneliti menemukan bahwa ketidakstabilan tidak selalu mengarah pada disintegrasi yang cepat.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa dalam rentang waktu yang lama, es berperilaku seperti cairan kental, seperti kue dadar yang menyebar di penggorengan," kata Jeremy Bassis, profesor ilmu dan teknik iklim dan ruang angkasa University of Michigan, Amerika Serikat, yang meneliti Gletser Kiamat terbesar di Antartika ini.
Bassis menambahkan, es menyebar dan menipis lebih cepat dan ini bisa menstabilkan keruntuhan.
Akan tetapi, jika lapisan es tidak cukup cepat menipis, maka saat itulah gletser akan runtuk lebih cepat.
Dalam pemodelan ini, para peneliti menggabungkan variabel keruntuhan es dan aliran es untuk pertama kalinya.
Mereka menemukan bahwa peregangan dan penipisan es, serta penompang dari bongkahan es yang terperangkan, dapat memoderasi efek ketidakstabilan tebing es laut yang disebabkan oleh fraktur.
Baca Juga: Awas! Letakkan Microwave di Atas Kulkas Bisa Jadi Bahaya Loh, Kok Bisa? Begini Penjelasannya