Sedangkan efikasi vaksin buatan para ilmuwan Oxford University dan AstraZeneca dari Cambridge, Inggris, memberi perlindungan sebesar 70 persen.
"Ini (efikasi tinggi) mungkin menggiurkan, tetapi tidak mungkin untuk membandingkan langsung keefektifan vaksin berdasarkan hasil itu saja," kata David Kennedy, ahli ekologi dan evolusi penyakit menular di Pennsylvania State University di University Park.
Studi laboratorium dan data uji klinis menunjukkan bahwa sebagian besar vaksin masih akan memberikan perlindungan yang signifikan.
Kecuali vaksin AstraZeneca, yang dalam analisis pertama terhadap 2.000 orang di Afrika Selatan, vaksin Covid ini tidak mampu memberi perlindungan dari Covid-19 varian baru, baik yang ringan maupun sedang.
Dunia masih menunggu data penting tentang vaksin yang telah diluncurkan saat ini, kata Jerome Kim, direktur jenderal International Vaccine Institute di Seoul, Korea Selatan.
Data awal dari hasil kampanye vaksinasi besar-besaran Israel menunjukkan bahwa vaksin Pfizer bertahan, tetapi perlu waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkan data serupa tentang vaksin lain.
Para peneliti juga mulai menguji berbagai dosis, jadwal, dan kombinasi vaksin corona.
Mereka masih belum tahu berapa lama kekebalan yang distimulus oleh vaksin Covid-19 akan bertahan, atau seberapa baik vaksin dapat mengurangi penyebaran virus, semua adalah faktor yang dianggap dapat menunjukkan mana vaksin terbaik untuk mengatasi pandemi virus corona ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Setahun Pandemi Virus Corona, Manakah Vaksin Covid-19 Terbaik?