Menurutnya, meski saat itu ia tidak memprioritaskan pekerjaan, tak ada yang berubah.
"Nggak juga, what would you do differently (apa perbedaan yang kamu lakukan) kalau misalnya saat itu lo nggak prioritas kerja? I'm sorry, Nge, lo nggak boleh nyalahin diri lo seperti itu juga. Menurut gue saat itu lo minta pendapat Ashraf sebagai kesatuan, foto mana sih yang lebih bagus. It's not you're... no...," ujar Daniel.
Ternyata bukan hanya itu yang disesalkan oleh BCL.
Maksudnya adalah, kalau saja kita tahu kapan orang tercinta kita pergi, kita pasti berharap punya waktu lebih banyak.
"Mungkin waktu-waktu sebelumnya kali ya. Ini gue yang rasain, gue kayak lari terus mulu. Apa yang gue kejar selama ini? Gue lari dengan diri gue sendiri, dengan karier. Gue punya waktu buat Ashraf dan anak gue. Tapi kalau keadaannya udah kayak gini, kita tentunya bilang seandainya punya lebih banyak waktu. If I know waktunya cuma segini, pilihannya pasti beda," katanya lagi.
Makanya setelah kepergian Ashraf Sinclair dan juga pandemi Covid-19 yang mengharuskannya untuk berdiam di rumah, BCL merenung.
Ia ingin menikmati waktu yang ada saat ini.
"Tapi di luar itu semua, memang menyadarkan gue kalau gue lari, gue berkompetisi dengan semua orang, tapi gue nggak tahu mengarah ke mana. Once you lose someone, dan you know, it meant nothing ternyata. Ngapain lu lari-lari? Just slow down, enjoy every little moment you have,"
"Gue terlalu berdedikasi menyenangkan banyak orang. Jadi gue mau mengisi jiwa gue. Mau berusaha napas," pungkasnya.