Artinya, wanita tersebut perlu berupaya lebih melewati penghalang ini untuk buang air kecil sambil berdiri.
Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam jangka panjang.
"Dari perspektif dasar panggul, posisi untuk buang air kecil di bawah pancuran tidak kondusif untuk relaksasi dasar panggul."
"Tubuh pria memiliki prostat untuk mendukung kandung kemih, yang membuat mereka akan baik-baik saja jika berdiri untuk buang air kecil. Tapi wanita tidak memiliki tingkat dukungan yang sama untuk kandung kemih mereka," jelasnya.
Agar bisa menahan untuk tidak buang air kecil di celana pada waktu yang tidak tepat (kontinensia), dasar panggul pada umumnya harus tetap berkontraksi dalam posisi berdiri.
Jadi, buang air kecil dalam posisi berdiri membuat seseorang melewati mekanisme normal itu. yang pada akhirnya bisa membawa masalah jangka panjang.
Jeffrey-Thomas mencontohkan kasus lain, ketika kita secara rutin buang air kecil untuk "berjaga-jaga".
Namun, kebiasaan itu pada dasarnya mendorong kandung kemih untuk mengosongkan diri pada tingkat yang jauh lebih rendah dari yang dibutuhkan.
Kondisi itu mirip dengan buang air kecil di bawah pancuran, di mana otot-otot tidak rileks dan mekanisme kontinensia harus didorong lagi dan dikacaukan.
Ini mungkin tampak seperti masalah sederhana, tapi bisa menumpuk seiring waktu.
Jeffrey-Thomas pun mengatakan dirinya banyak mengurus pasien dengan masalah inkontinensia.
"Jika mereka tahu bagaimana mencegah rasa malu dan frustrasi terkait dengan masalah ini, mereka pasti ingin mengembalikan waktu agar tidak mengalaminya," kata dia.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Pipis Sambil Mandi di Pancuran, Dokter Jelaskan Alasannya"