Selama 6 tahun berturut-turut, peserta dimonitor untuk mengetahui hasilnya.
Hasilnya, satu dari empat orang makan sarapan berenergi tinggi.
Jumlah asupan kalorinya mencakup 20 persen lebih baik dari keseluruhan asupan harian.
Dalam penelitian tersebut, sekitar 70 persen orang memiliki kebiasaan tidak sarapan sehingga energinya lebih rendah 5 hingga 20 persen dari kalori harian.
Tiga persen mengatakan mereka melewatkan sarapan sama sekali atau makan sangat sedikit saat sarapan.
"(Kelompok ini) cenderung memiliki kebiasaan makan yang umumnya tidak sehat dan prevalensi faktor risiko kardiovaskular yang lebih tinggi," sebut laporan itu.
Selain memiliki kemungkinan risiko jantung, melewatkan sarapan juga berisiko memiliki lingkar pinggang yang lebih besar.
Orang yang melewatkan sarapan juga ternyata memiliki indeks massa tubuh tinggi, tekanan darah tinggi, lipid darah, dan kadar glukosa yang juga tinggi.
Hasil ini didapatkan melalui riset menggunakan teknologi ultrasound untuk memindai peserta untuk mengetahui tanda-tanda timbunan lemak di arteri, sebuah bukti awal adanya penyakit jantung.
Dari riset tersebut, ditemukan bahwa orang yang makan kurang dari 5 persen kalori harian yang disarankan saat sarapan pagi, rata-rata melipatgandakan jumlah penumpukan lemak di arteri, dibanding mereka yang secara ruting sarapan berenergi tinggi.