"Enggak mencong, tapi ngomongnya pelo dokter pikir stroke ternyata bukan stroke. Akhirnya Profesor Yusuf Misbach bilang 'Yah kamu kena distonia. Inilah penyakit langka 1:1.000.000 orang kena penyakit ini'," kenang Ferry.
Bak tersambar petir, Ferry bahkan mengaku sempat kehilangan memori sampai tak bisa mengingat nama orang terdekatnya sekalipun.
Menderita sakit parah saat karirnya tengah berada di puncak membuatnya frustrasi sampai terpikir mengakhiri hidup.
Pasalnya selama tahun 1999-2001 Ferry menghabiskan hidupnya terbaring di ranjang dan diurus kedua orangtuanya.
"Sampe menyerang memori aku, lupa nama orang sampe 2001. Terakhir itu aku mikir sudah deh aku suicide aja deh, akhirin hidup aku aja deh. Kayaknya udah nih. Sampai aku bentur-benturin kepala ke tembok," tutur pria kelahiran tahun 1977 itu.
Bukan tanpa alasan, Ferry mengatakan saat distonia yang dideritanya kambuh, sekeluarga akan dibuat kewalahan. "Kalau sudah kambuh menyebabkan orang tersebut seperti orang (sakit) Parkinson, tremor, tubuh bergerak di luar perintah otak semuanya," tutur Ferry Irawan. "Boleh dibilang aku geraknya sudah di luar kendali (dipegangin tetap gak berhenti). Kepala juga jadi sengklek miring, maaf (mulut) juga sudah ngeces terus. Makan enggak akan bisa, enggak bisa aktivitas," jelasnya. Ferry juga harus menerima kenyataan tangannya terus tremor saat ia mulai lelah hingga distonianya kambuh.
Sudah divonis stadium 3, Ferry berharap kondisinya tak makin parah karena akibatnya sangat mengerikan.
"Aku sudah stadium tiga, jangan sampai ke stadium empat. Karena kalau stadium empat menjadi katatonia, dalam bahasa gampangnya hidup segan mati enggak mau," ujar Ferry Irawan.