Namun dibalik keefektifan Molnupiravir tidak lantas dijadikan tumpuan utama dalam menyelsaikan pandemi.
"Tapi harus diketahui adalah sampai saat ini, jangankan obat, vaksin itu tidak bisa menyelesaikan pandemi, apalagi obat," tegas Dicky
Menurut dia, kemampuan Molnupiravir mencegah virus memperbanyak diri membuat obat tersebut sangat efektif mencegah perburukan Covid-19.
Hal menjanjikan lain dari Molnupiravir adalah potensi obat tersebut berperan bukan hanya untuk terapi tetapi juga untuk profilaksis.
Namun, ia menyebutkan ada catatan kritis yang diberikan terkait kemampuan Molnupiravir dalam mencegah replikasi RNA virus corona itu.
Dirinya menyampaikan kekhawatiran jika kemampuan tersebut juga bekerja terhadap sel-sel manusia.
"Makanya dalam catatan yang saya ketahui, dia tidak atau belum dianjurkan untuk wanita hamil," kata Dicky.
Baca Juga: Syukur! Penyintas Covid-19 Tidak Akan Alami Kerusakan Paru-paru Permanen, Ini Penjelasan Ahli
Persiapan Indonesia terhadap Molnupiravir
Di Indonesia sendiri sudah ada 3 (tiga) perusahaan farmasi yang sudah siap mengimpor obat antivirus Molnupiravir.
Pernyataan ini disampaikan Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dalam diskusi terkait obat dan vaksi yang diselenggarakan BPOM (19/10/2021).
“Ada tiga farmasi Indonesia yang mau impor kalau sudah ada izin BPOM dan izin edar. setahun kemudian pun tidak masalah karena kita sedang butuh sekali,” ujarnya.
Seperti yang diberitakan NPR, (Food and Drug Administration) akan melakukan penelitian data produsen obat Merck, Sharp & Dohme (MSD) tentang keamaan dan efektifitas obat Molnupiravir sebelum memberi keputusan.
Jika sudah disetujui FDA terkait izin penggunaan darurat/ EUA, Molnupiravir akan digunakan sebagai obat oral pertama untuk mengobati Covid-19.
Karena bentuknya pil, jadi obat Molnupiravir dapat dengan mudah dikonsumsi pasien Covid-19 di rumah.
***