Terkait hal tersebut Kompas.com menghubungi Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman.
Saat dihubungi Dicky menyampaikan, mengenai apakah kita akan disuntik terus, menurutnya hal tersebut akan tergantung bagaimana kita meredam laju penularan Covid-19.
“Dengan cara apa (meredam laju penularan) ya dengan cara kombinasi 3T, 5 M serta cakupan vaksinasi global,” ujar Dicky dihubungi Kompas.com, Minggu (24/7/2022).
Dicky menyampaikan, seandainya seluruh dunia bisa mencapai dua dosis vaksinasi sampai 70 persen di bulan Juli maka tentunya akan sangat membantu meredam laju penularan subvarian Covid-19 termasuk BA 2.75 yang saat ini merebak.
“Tapi faktanya ada 136 negara yang belum mencapai ini di Juli. Itu yang membuat mutasi terus terjadi dan lebih leluasa. Karna ada ketimpangan,” ungkap Dicky.
Sehingga Dicky mengatakan, selama hal tersebut terjadi maka solusi yang harus dilakukan adalah tetap harus konsisten untuk melakukan 3T, 5 M dan vaksinasi.
“Jadi jawabannya ya, terus konsisten 3T, 5M, vaksinasi,” kata dia.
Baca Juga: Ini Cara Cek Lokasi Vaksin Booster Terdekat dengan Google Maps
Lebih lanjut Dicky menambahkan, yang harus dipertimbangkan agar booster tak harus terus-menerus dilakukan adalah upaya dukungan berkelanjutan terhadap riset vaksin.
Karena saat ini vaksin yang ada memiliki keterbatasan waktu terkait efektivitasnya, maka dukungan terhadap riset vaksin untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan.
“Nah, kalau misal vaksin merah putih atau vaksin lain yang tengah diriset dunia kemudian muncul dengan durasi yang lebih lama dari yang ada saat ini, itu yang akan jadi solusi,” ucap Dicky.
Pihaknya mengatakan, vaksin penyakit menular lain umumnya memiliki jangka waktu 5 hingga 10 tahunan, sehingga jika riset berhasil membuat vaksin Covid-19 seperti itu maka bisa mengurangi keharusan seseorang dibooster berulang kali.