Cairan amniotik atau cairan ketuban adalah salah satu perisai perlindungan paling penting karena mencegah bayi merasakan tekanan apa pun.
Maka, kondisi cairan ketuban sedikit ini tentunya berbahaya bagi ibu hamil maupun janin.
Selain itu, cairan ketuban yang sedikit dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
Trimester I
Pada 3 bulan awal kehamilan bisa menyebabkan kompresi organ janin. Kondisi ini bisa membuat janin lahir cacat hingga keguguran dan kelahiran prematur.
Trimester II
Oligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi berat seperti lahir prematur, pertumbuhan janin lambat, dan pembatasan pertumbuhan intrauterin.
Mendekati kelahiran
Saat mendekati kelahiran hingga masa persalinan, oligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi seperti:
- Posisi bayi sungsang karena tingkat cairan amniotik yang tidak mencukupi bisa membatasi gerakan bayi.
- Bayi merasa tertekan sehingga melepaskan meconium (tinja saat di rahim), hal ini bisa tercampur dengan ketuban dan dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi.
- Kompresi tali pusat yang menyebabkan penurunan denyut jantung, akumulasi karbondioksida dalam darah, dan kerusakan otak pada bayi.
Menurut March of Dimes, sekitar 4% wanita hamil didiagnosis dengan tingkat cairan ketuban rendah pada trimester terakhir. Tanda-tanda penyakit ini yang paling bisa dikenali tentunya ialah gerakan yang minim pada janin dalam kandungan.
Selebihnya tanda-tanda lain dapat diketahui saat memeriksakannya ke dokter karena berhubungan dengan kondisi langsung di dalam rahim. Risiko-risiko ini dapat dikurangi jika tingkat cairan ketuban terus dipantau. Oleh karena itu, kuncinya adalah dengan rutin berkonsultasi pada dokter kebidanan dan kandungan selama kehamilan berlangsung, dikutip dari Nakita.id.