GridFame.id - Kabar duka menyelimuti dunia hiburan, artis cantik meninggal dunia setelah mengelami kecelakaan.
Sang artis meninggal di usia 21 tahun.
Sang artis meninggal dunia setelah kecelakaan terjun payung.
Sebelum berpulang untuk selama-lamanya, sang artis sempat alami cedera.
Cedera yang dideritanya saat terjun payung inilah yang diduga penyebab nyawanya tak terselamatkan.
Situasi darurat dialami sang artis ketika sedang terjun payung.
Diketahui kecelakaan terjun payung yang dialami sang artis lantaran parasutnya terlambat dipasang.
Pemakaman sang artis dikabarkan disiarkan secara online.
Artis TikTok Meninggal Dunia
Artis TikTok Tanya Pardazi meninggal dunia setelah kecelakaan terjun payung. Influencer asal Kanada berusia 21 tahun itu meninggal pada 27 Agustus 2022 karena cedera yang diderita saat terjun payung, di mana parasutnya terlambat dipasang.
Tanya Pardazi dimakamkan di sebuah upacara peringatan di Richmond Hill, Ontario, pada 2 September.
"Apa yang Tanya lakukan selama 21 tahun, saya pikir banyak orang gagal memenuhi bahkan dalam 80 atau 90 tahun," kata salah satu tamu dalam pidato yang disampaikan di pemakaman.
Pemakaman itu disiarkan secara online oleh Pusat Pemakaman Elgin Mills, menurut The National Post, yang tidak dapat mengidentifikasi pembicara.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa sebagian besar peserta mengenakan pakaian putih dan duduk di depan peti mati putih.
"Apa yang Tanya lakukan selama 21 tahun, saya pikir banyak orang gagal memenuhi bahkan dalam 80 atau 90 tahun," kata salah satu tamu dalam pidato yang disampaikan di pemakaman. Pemakaman itu disiarkan secara online oleh Pusat Pemakaman Elgin Mills, menurut The National Post, yang tidak dapat mengidentifikasi pembicara.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa sebagian besar peserta mengenakan pakaian putih dan duduk di depan peti mati putih.
Mereka menonton montase foto dari kehidupan Pardazi saat tembang "Angel" Sarah McLachlan diputar sebagai lagu pengiring.
Tanya Pardazi jatuh hingga tewas saat menyelesaikan terjun payung solo pertamanya dengan Skydive Toronto, kata teman masa kecilnya, Melody Ozgoli, kepada CTV News Toronto pada 31 Agustus.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook pada 29 Agustus, Skydive Toronto mengatakan bahwa pada 27 Agustus, seorang siswa skydiving berusia 21 meninggal dunia karena cedera fatal yang diperoleh dari situasi darurat.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa penerjun itu melepaskan parasut utama yang berputar cepat di ketinggian rendah tanpa waktu yang dibutuhkan parasut cadangan untuk mengembang.
Tim di Skydive Toronto saat ini bekerja sama dengan Polisi Simcoe Selatan dalam penyelidikan mereka, dikutip dari Kompas.com.
Terjun Payung
Terjun payung merupakan salah satu olahraga ekstrem yang sangat digemari. Dalam terjun payung, kita harus membuka parasut agar jatuh secara perlahan sehingga selamat setelah melompat dari ketinggian.
Ketika melompat dari ketinggian pada saat terjun payung, gaya gravitasi akan menarik kita ke bawah dengan sangat cepat. Sehingga, kita akan jatuh bebas dengan sangat cepat. Ketika parasut dibuka, parasut kemudian memperlambat jatuh dan tertariknya kita oleh gaya gravitasi.
Seberapa banyak parasut memperlambat jatuhnya penerjun payung Misalnya, ketika melompat dari ketinggian seseorang akan terjun bebas dengan kecepatan 50 hingga 1.000 meter per detik. Artinya, orang tersebut jatuh bebas secepat pesawat tempur. Akan fatal jika manusia menabrak tanah dalam kecepatan tinggi tersebut.
Dilansir dari Explain That Stuff, parasut yang dibuka akan memperlambat kecepatan jatuh penerjun payung hingga 90 persen.
Yang awalnya jatuh dengan kecepatan 50 hingga 1000 meter menjadi jatuh dengan kecepatan lima hingga tujuh meter per detik. Sehingga, penerjun payung bisa mendarat dengan selamat di permukaan bumi tanpa mengalami cedera yang membahayakan.
Namun, tahukah kamu penyebab jatuhnya parasut secara perlahan? Dilansir dari Scientific American, parasut dapat memperlambat jatuhnya penerjung payung karena menyebabkan hambatan udara.
Hambatan udara
Udara tidak terlihat, namun mereka sebenarnya terdiri dari molekul-molekul gas yang bergerak di udara. Ketika benda jatuh, permukaan benda akan bergesekan dengan molekul-molekul udara dan menghasilkan hambatan udara.
Makin besar luas permukaan suatu benda, maka akan makin besar hambatan udaranya. Secara otomatis makin lambat juga kecepatan jatuh benda tersebut.
Manusia memiliki luas permukaan yang kecil, menyebabkan gesekan dengan udara relatif lebih sedikit. Sehingga, hambatan udaranya juga kecil dan manusia jatuh bebas dengan sangat cepat. Parasut memiliki permukaan yang luas.
Permukaan yang luas tersebut bergesekan dengan lebih banyak molekul udara, menimbulkan hambatan udara yang besar. Hambatan udara yang besar membuat parasut dapat memperlambat jatuhnya penerjun payung ke tanah.
Kecepatan jatuh palu besi dan bulu
Konsep hambatan udara dapat lebih dimengerti dengan percobaan sederhana. Sebuah palu besi seberat 1,32 kilogram dan bulu seberat 0,03 kilogram dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Manakah yang akan jatuh dengan lebih cepat, palu atau bulu?
Jawaban yang terbayang mungkin adalah palu. Palu besi jatuh lebih cepat karena lebih berat daripada bulu. Ketika percobaan dilakukan, terbukti bahwa palu akan jatuh lebih cepat dan sampai lebih dahulu ke tanah daripada bulu.
Namun, benarkan hal tersebut karena perbedaan berat? Salah, jatuhnya palu lebih dahulu daripada bulu bukan disebabkan perbedaan berat.
Melainkan, perbedaan hambatan udara yang dihasilkan kedua benda tersebut. Konsep hambatan udara ini dibuktikan dalam ekspedisi ke bulan yang dilakukan Apollo 15. Dilansir dari NASA Aeronautics and Space Administration, Komandan David Scott menjatuhkan palu seberat 1,32 kilogram dan bulu seberat 0,003 kilogram dari ketinggian sama di bulan tanpa adanya udara.
Hasilnya, palu dan bulu jatuh dalam kecepatan yang sama dan sampai ke permukaan bulan secara bersamaan. Artinya, hambatan udaralah yang memengaruhi kecepatan jatuhnya suatu benda.
Bulu dan parasut memiliki luas permukaan yang besar, sehingga menghasilkan hambatan udara yang besar juga. Sedangkan, tubuh manusia dan palu memiliki luas permukaan yang kecil, sehingga menghasilkan hambatan udara yang kecil pula, dikutip dari Kompas.com.