"Karena itu memang masuk akal dalam kodisi seperti ini kita itu meningkatkan kita punya dana emergency," ujar dia, kepada Kompas.com.
Uang tunai sebagai dana darurat
Mike menjelaskan, peningkatan porsi uang tunai sebagai dana darurat diperlukan untuk menjaga likuiditas individu, di tengah ketidakpastian ekonomi ke depan.
Dengan tingkat likuiditas keuangan yang baik, individu akan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama.
"Dalam rangka peningkatan likuiditas ini adalah peningkatan dari dana darurat, menjaga dana darurat kita sesuai dengan kebutuhan kita," katanya.
Perlukah kurangi dana untuk investasi?
Meskipun tingkat kepemilikan uang tunai memang perlu ditingkatkan, Perencana Keuangan Alliance Group Indonesia Andy Nugroho menyebutkan, bukan berarti individu perlu mengurangi porsi investasinya.
Menurutnya, individu masih dapat berinvestasi, namun dalam instrumen berisiko rendah.
Selain itu, disarankan juga instrumen investasi yang dipilih dapat dicairkan dengan mudah menjadi uang tunai.
"Karena kalau berbentuk uang tunai semua, seperti yang kita tahu, misal berbentuk uang tunai, uang tersebut kemungkinan akan kita simpan di tabungan bank atau didepositokan. Bunganya, imbal hasilnya bisa dibilang minim, enggak kuat melawan inflasi," tuturnya.
Oleh karenanya, Ia merekomendasikan individu untuk menempatkan dana investasinya di instrumen berisiko rendah seperti logam mulia atau deposito.
Baca Juga: Tidak Bayar Iuran BPJS Kesehatan Namun Tetap Bisa Mendapat Fasilitas Bagaimana Caranya?