Fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda utamanya terdampak sentimen ekspektasi pasar yang mengkhawatirkan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) masih akan agresif menaikkan suku bunga.
Naiknya suku bunga juga merupakan respon Bank Sentral untuk melawan inflasi yang semakin meningkat di AS.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai posisi rupiah masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan nilai tukar Negara lain.
Menurut Jokowi, rupiah hanya melemah minus 7 persen, jauh lebih baik dibandingkan dengan nilai tukar mata uang negara Asia seperti China, Jepang dan Filipina.
"Kita tahu kalau dilihat angkanya (rupiah) kita masih baik, nilai tukar kita melemah minus 7.
Dibandingkan negara lain, Jepang minusnya 25 persen, RRT minus 13 persen, Filipina minus 15 persen dan lain-lain," kata Jokowi saat membuka seminar UOB Economic Outlook, Emerging Stronger in Unity and Sustainability, Kamis (29/9/2022).
Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani dalam kesempatan yang berbeda menjelaskan, mengungkapkan, penguatan dollar Amerika Serikat (AS) sangat berdampak signifikan terhadap perkembangan nilai tukar seluruh mata uang di dunia, termasuk rupiah.
"Dollar indeks mengalami penguatan hingga 110. Kalau dolar menguat lawan mata uang yang lain terutama emerging market, ini (akan berdampak) mengalami depresiasi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, belum lama ini.
“Jadi, makin kuat dollar AS, berarti lawan akan semakin lemah," sambungnya.
Sri Mulyani kembali menjelaskan, pasar keuangan global yang sebelumnya sempat mereda kini justru kembali mengalami gejolak. Salah satu penyebabnya adalah dipengaruhi oleh kebijakan moneter Bank Sentral AS alias the Fed.
Sebagai informasi, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya pada 22 September 2022 sebesar 75 basis poin.