1. Janji Keuntungan yang Terlalu Tinggi
Salah satu ciri utama investasi bodong adalah janji keuntungan yang tidak realistis.
Jika suatu investasi menjanjikan keuntungan yang jauh lebih tinggi dari rata-rata pasar dalam waktu singkat, maka Anda patut curiga.
Pasar investasi yang sehat biasanya menawarkan keuntungan yang sebanding dengan risiko yang diambil.
Contoh Kasus
Banyak kasus investasi bodong menawarkan keuntungan bulanan hingga 30-50%, yang sebenarnya hampir mustahil dicapai secara konsisten dalam dunia investasi yang realistis.
Misalnya, kasus PT. Qnet Indonesia yang menjanjikan keuntungan fantastis dengan skema piramida.
2. Tidak Memiliki Izin Resmi
Investasi yang sah biasanya memiliki izin dari otoritas keuangan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia.
Jika suatu investasi tidak memiliki izin atau tidak terdaftar di OJK, maka Anda harus waspada.
Contoh Kasus
Kasus investasi bodong Koperasi Pandawa Mandiri Group yang tidak memiliki izin dari OJK tetapi berhasil mengumpulkan dana dari banyak masyarakat dengan janji keuntungan yang tinggi.
Baca Juga: Simak 5 Modus Penipuan Investasi yang Menjerat Banyak Korban
3. Struktur Bisnis yang Tidak Jelas
Investasi yang sah biasanya memiliki struktur bisnis yang jelas, termasuk penjelasan mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, model bisnis, serta strategi investasi.
Jika suatu investasi tidak dapat menjelaskan dengan jelas bagaimana cara mereka menghasilkan uang, maka hal ini patut dicurigai.
Contoh Kasus
Investasi bodong seperti Dream for Freedom yang tidak memiliki model bisnis yang jelas dan hanya mengandalkan rekrutmen anggota baru untuk membayar keuntungan kepada anggota lama.