Find Us On Social Media :

Simak 5 Ciri-ciri Investasi Bodong yang Banyak Menjerat Masyarakat

Investasi bodong

GridFame.id - Investasi bodong merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai bentuk penipuan di mana individu atau kelompok mengumpulkan dana dari masyarakat dengan janji investasi menguntungkan, tetapi pada kenyataannya dana tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi atau skema piramida.

Investasi bodong sering kali menjanjikan pengembalian tinggi dalam waktu singkat tanpa risiko yang jelas, yang pada akhirnya menyebabkan kerugian finansial bagi banyak orang.

Penipuan ini bisa beroperasi dalam berbagai bentuk, mulai dari investasi saham, properti, komoditas hingga mata uang digital atau cryptocurrency.

Pelaku investasi bodong biasanya menggunakan berbagai strategi untuk menarik korban.

Mereka sering memanfaatkan ketidaktahuan dan keinginan cepat kaya dari masyarakat.

Salah satu modus yang umum adalah menawarkan return on investment (ROI) yang sangat tinggi dan sulit untuk ditolak.

Selain itu, mereka juga memanfaatkan testimonial palsu, tokoh publik, atau selebriti untuk memberikan kesan kredibilitas.

Pelaku juga bisa menggunakan skema piramida di mana keuntungan investor lama dibayar menggunakan uang yang disetorkan oleh investor baru, membuat ilusi keberhasilan yang berkelanjutan.

Di tengah maraknya investasi, terdapat juga investasi bodong atau penipuan investasi yang dapat merugikan banyak orang.

Untuk itu, sangat penting mengetahui ciri-ciri investasi bodong agar dapat menghindarinya.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang sering ditemukan pada investasi bodong.

Baca Juga: Mau Investasi Reksadana? Pahami Ini Dulu Biar Terhindar dari Boncos

1. Janji Keuntungan yang Terlalu Tinggi

Salah satu ciri utama investasi bodong adalah janji keuntungan yang tidak realistis.

Jika suatu investasi menjanjikan keuntungan yang jauh lebih tinggi dari rata-rata pasar dalam waktu singkat, maka Anda patut curiga.

Pasar investasi yang sehat biasanya menawarkan keuntungan yang sebanding dengan risiko yang diambil.  

Contoh Kasus

Banyak kasus investasi bodong menawarkan keuntungan bulanan hingga 30-50%, yang sebenarnya hampir mustahil dicapai secara konsisten dalam dunia investasi yang realistis.

Misalnya, kasus PT. Qnet Indonesia yang menjanjikan keuntungan fantastis dengan skema piramida.

2. Tidak Memiliki Izin Resmi

Investasi yang sah biasanya memiliki izin dari otoritas keuangan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia.

Jika suatu investasi tidak memiliki izin atau tidak terdaftar di OJK, maka Anda harus waspada.

Contoh Kasus

Kasus investasi bodong Koperasi Pandawa Mandiri Group yang tidak memiliki izin dari OJK tetapi berhasil mengumpulkan dana dari banyak masyarakat dengan janji keuntungan yang tinggi.

Baca Juga: Simak 5 Modus Penipuan Investasi yang Menjerat Banyak Korban

3. Struktur Bisnis yang Tidak Jelas

Investasi yang sah biasanya memiliki struktur bisnis yang jelas, termasuk penjelasan mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, model bisnis, serta strategi investasi.

Jika suatu investasi tidak dapat menjelaskan dengan jelas bagaimana cara mereka menghasilkan uang, maka hal ini patut dicurigai.

Contoh Kasus

Investasi bodong seperti Dream for Freedom yang tidak memiliki model bisnis yang jelas dan hanya mengandalkan rekrutmen anggota baru untuk membayar keuntungan kepada anggota lama.

4. Tekanan untuk Segera Berinvestasi

Teknik tekanan waktu atau "time pressure" sering digunakan dalam investasi bodong untuk mendorong calon investor membuat keputusan cepat tanpa berpikir panjang.

Anda mungkin akan diberitahu bahwa kesempatan ini terbatas dan akan segera habis jika tidak segera bergabung.

Contoh Kasus

Penipuan investasi yang menggunakan teknik ini biasanya memberikan batas waktu yang sangat singkat bagi calon investor untuk melakukan setoran awal, seperti kasus investasi MMM (Mavrodi Mondial Moneybox).

5. Skema Ponzi atau Piramida

Banyak investasi bodong menggunakan skema Ponzi atau piramida di mana keuntungan yang diperoleh investor lama berasal dari setoran dana investor baru.

Skema ini tidak berkelanjutan dan pasti akan runtuh ketika tidak ada lagi investor baru.

Contoh Kasus

Salah satu contoh terbesar adalah kasus Bernie Madoff di Amerika Serikat, yang menggunakan skema Ponzi dan menyebabkan kerugian miliaran dolar bagi para investornya.

Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan kecerdasan buatan.

Baca Juga: Ini Dia 3 Tips Ampuh Mengolah Pinjaman Menjadi Investasi Menguntungkan