Meskipun emas sering dianggap sebagai aset yang stabil, nilainya bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi global, kebijakan moneter, permintaan dan penawaran di pasar, serta sentimen investor.
Fluktuasi ini dapat menyebabkan kerugian jika Anda harus menjual emas saat harga turun.
2. Risiko Penyimpanan
Risiko pencurian, kehilangan, atau kerusakan sangat nyata jika Anda tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai.
Banyak orang memilih menyimpan emas di brankas pribadi atau di lembaga keuangan yang menawarkan jasa penyimpanan.
Namun, ini juga menambah biaya tambahan yang harus diperhitungkan.
3. Risiko Likuiditas
Meskipun emas relatif likuid dibandingkan aset lain, ada risiko bahwa Anda mungkin tidak bisa menjualnya dengan cepat tanpa mengurangi nilai jualnya.
Pasar emas bisa menjadi kurang likuid pada waktu-waktu tertentu, terutama selama krisis ekonomi atau gejolak pasar.
Baca Juga: Ini Dia 3 Tips Ampuh Mengolah Pinjaman Menjadi Investasi Menguntungkan
4. Risiko Pemalsuan
Emas palsu bisa beredar di pasar, terutama jika Anda membeli dari sumber yang tidak terpercaya.
Memastikan keaslian emas memerlukan pengetahuan dan alat khusus. Risiko ini bisa diminimalisir dengan membeli dari penjual resmi yang memiliki reputasi baik.
5. Risiko Perubahan Regulasi
Perubahan dalam regulasi pemerintah mengenai kepemilikan emas, perpajakan, atau perdagangan emas bisa mempengaruhi nilai dan kemudahan dalam menjual atau membeli emas.
Sejarah menunjukkan bahwa beberapa negara pernah memberlakukan pembatasan atau bahkan melarang kepemilikan emas untuk warga negaranya.
6. Risiko Kurs Valuta Asing
Jika Anda membeli emas dalam mata uang asing atau di negara lain, fluktuasi nilai tukar mata uang bisa mempengaruhi nilai investasi Anda.
Penguatan mata uang domestik terhadap mata uang asing bisa mengurangi nilai investasi emas Anda jika dihitung dalam mata uang domestik.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan kecerdasan buatan.