"Mati rasa, sampai gelombang rasa sakit, kehilangan, kesedihan datang menyapu saya; kadang-kadang cukup kecil dan saya bisa menahan air mata, dan kadang membiarkan saya menangis tersedu-sedu. Kemudian secepat itu datang, mereda dan meninggalkan saya dan ketenangan mulai datang- kadang lebih kacau di beberapa hal, tetapi lebih menenangkan. Jika hal itu yang terjadi pada saya, lalu bagaimana menjadi Bunga , wanita yang kuat dan luar biasa itu, dan Noah yang masih 9 tahun?" ungkap Pak Mat.
Ayah Ashraf juga mengaku dirinya tak berdaya saat anaknya dipanggil terlebih dahulu.
Ia sadar betul bahwa semua akan kembali pada waktunya.
Namun dirinya merasa tak dapat mengobati kepedihan orang-orang di sekitarnya pasca Ashraf tiada.
Bahkan jika masih mungkin, dia rela dirinya menggantikan Ashraf untuk pergi terlebih dulu.
"Satu hal yang paling menyakitkan bukanlah perasaan "mengapa" tetapi ketidakberdayaan. Tidak berdaya untuk meringankan kepedihan orang lain, tidak berdaya karena tidak mampu memutar balik waktu, bahkan untuk dapat menawarkan diri sebagai imbalan bagi hidupnya, seperti yang dilakukan orang tua manapun, tanpa berpikir dan secepat detak jantung," jelas Pak Mat.
Terakhir, Pak Mat mengatakan bahwa kini yang tersisa dari anaknya hanyalah kenangan.
"Ashraf tersayang, kamu tiba-tiba pergi begitu saja dari kehidupan kami, dan kami sebagai teman dan keluarga masih berjuang untuk menerima itu. Meskipun kami berduka, kamu sekarang telah jauh dari jangkauan kami. Kamu telah ada dimana seharusnya berada, selain mendoakanmu, ada hal kecil yang dapat kami lakukan, selain menanggung yang tak tertanggungkan.. sampai, seiring waktu semua menjadi ebih mudah dan kami bisa, dengan senyuman sedih, melihat kembali memori tentang apa yang telah kamu lakukan, sambil berterimakasih untuk semua yang kamu bawa pada hidup kami selama 40 tahunmu. Tuhan memberkatimu Ashraf dan terima kasih atas segalanya," tutur Pak Mat.
Source | : | instagram.com |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | GridFame Editorial |
Komentar