"Baru ke RS di Depok itu Kamis, 27 Februari bareng anak saya. Nah ini ceritanya lain lagi. Anak saya itu tanggal 14 Februari jadi host di Kemang. Kebetulan, saat acara ada seorang perempuan warga Jepang," ujarnya.
"Anak saya tidak kenal. Sehabis acara itu, besoknya, anak saya menggigil seperti demam. Sempat periksa bolak-balik ke dokter, enggak sembuh juga. Sampai akhirnya kami berdua memeriksakan diri ke RS di Depok itu," tambahnya.
Akan tetapi, setelah memeriksakan diri, pihak rumah sakit justru memberikan diagnosa bahwa pasien tersebut sakit tifus dan anaknya terkena bronkitis pneumonia.
"Saya didiagnosa tifus dan anak saya bronkitis pneumonia. Saat itu juga dokter meminta kami untuk opname. Kami sempat satu ruangan, walau kemudian minta dipisah," katanya.
Mereka kemudian akhirnya diisolasi karena salah seorang teman anaknya menceritakan bahwa orang Jepang yang bertemu kala itu positif corona.
"Teman anak saya lalu cerita kepada anak saya, bahwa warga Jepang yang hadir di Kemang itu dinyatakan positif korona di Malaysia. Nah atas inisiatif saya, kami minta kepada dokter untuk dilakukan tes virus korona saja. Terus terang kami khawatir terhadap diri kami," tuturnya.
Hingga kemudian tanpa pemberitahuan apapun, kedua pasien ini dipindahkan ke rumah sakit lain khusus untuk pasien corona.
"Tahu-tahu, tanpa pemberitahuan apa pun, kami dipindahkan kemari (maksudnya RSPI Sulianti Saroso–Red) pada hari Sabtu, 29 Februari malam hari. Sampai di sini (rumah sakit) jam 2 pagi. Jadi kami diisolasi," ungkapnya.
Source | : | Harian Kompas |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar