GridFame.id - Bawang bombay sering digunakan untuk mengharumkan masakan dan membuatnya jadi nikmat.
Bawang bombay pun gampang didapatkan di mana-mana.
Apalagi kini bawang bombay juga dapat dijadikan sebagai camilan yang enak untuk dimakan.
Sebut saja onion ring yang banyak dijual di kafe atau tempat makan lainnya.
Biasanya kita hanya akan menggunakan daging dari bawang bombay tersebut dan membuat kulitnya.
Hal tersebut dilakukan karena kita menganggap bahwa kulit bawang bombay sudah tidak miliki manfaat lagi.
Namun, kulit bawang bombay ternyata bisa jadi obat untuk berbagai penyakit, lho!
Berikut ini beberapa manfaat dari kulit bawang bombay dan bagaimana cara buatnya.
Segudang Manfaat Kulit Bawang Bombay
Karena dianggap tidak berguna lagi, biasanya kita langsung membuang kulit bawang bombay ke tong sampah.
Padahal kulit bawang bombay miliki segudang manfaat.
Dikutip dari Sripku.com, kulit bawang bombai memiliki banyak kandungan antioksidan.
Para ahli menyebutkan kulit bawang bombai juga mengandung quercetin (flavanol), yang dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan mencegah penyumbatan arteri.
Lapisan terluar bawang bombai tersebut terbungkus oleh serat dan senyawa fenolik yang bisa membantu mencegah penyakit koroner.
Semua kandungan tersebut bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
Dikutip Sripku dari TribunTravel.com, berikut 6 manfaat kulit bawang bombay yang dilansir dari laman stylecraze.com.
Selengkapnya yuk simak ulasan berikut.
Manfaat kulit bawang bombay:
1. Membantu menurunkan kadar koleterol LDL
2. Menjaga tekanan darah secara optimal
3. Membantu mengobati depresi
4. Melawan alergi
5. Mendukung pertumbuhan otot
6. Membantu mengurangi peradangan
Baca Juga: Resmi Dibuka Hari Ini, Begini Cara Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 2
Dengan manfaat segudang, mungkin kamu bertanya-tanya bagaiamna cara mengolahnya.
Banyak cara untuk membuat kulit bawang bisa bermanfaat untuk tubuh.
Mulai dari memasaknya hingga merendamnya.
Berikut 7 cara memanfaatkan kulit bawang bombai untuk menjaga kesehatan dan kehidupan sehari-hari.
1. Merebusnya pada sup atau saus
Mencampurkan kulit bawang pada sup dan saus mungkin terlihat tak wajar.
Namun setelah makanan masak, kamu bisa mengambil kulit bawang bombai tersebut dan membuangnya.
Dengan cara ini kandungan nutrisi yang ada di kulit bawang bisa dimanfaatkan secara maksimal.
2. Menyeduh seperti teh
Cara lain menggunakan kulit bawang bombai adalah dengan membuatnya menyerupai minuman teh.
Biarkan kulit bawang terendam pada air mendidih.
3. Menyembuhkan kram kaki
Kulit bawang dipercaya sebagai obat untuk menyembuhkan kram kaki.
Rendam kulit bawang dengan air selama 15-20 menit.
Tiriskan kemudian minum air tersebut sebelum tidur.
Cobalah konsumsi secangkir teh cairan kulit bawang putih selama seminggu dan rasakan manfaatnya.
4. Pewarna alami
Kamu juga bisa menggunakan kulit bawang sebagai pewarna untuk pakaian dan kain wol.
5. Pewarna rambut
Kulit bawang bombai juga bisa digunakan sebagai pewarna rambut menghasilkan warna pirang.
Caranya rebus 30-50 gram kulit baang bombai dalam segelas air selama setengah jam.
Biarkan air mengental kemudian oleskan pada rambutmu.
Tunggu sekitar 30 menit kemudian bilas dengan shampo.
Cara ini bisa membuat rambutmu berwarna pirang keemesan.
6. Membantu pertumbuhan rambut
Kulit bawang juga bisa membantu pertumbuhan rambut karena mengandung banyak kandungan belerang.
Mineral tersebut mampu membentuk kolagen sehingga membantu memelihara rambut menjadi sehat.
Caranya kamu hanya perlu merebus kulit bawang dengan air kemudian oleskan pada rambut lalu bilas.
7. Menghilangkan iritasi ada kulit
Jika kamu memiliki penyakit kulit apapun, gosokkan kulit bawang di area yang terkena iritasi.
Kemudian cuci bersih dengan sabun.
Setelah membanca manfaat kulit bawang untuk kesehatan dan kehidupan sehari-hari ini, masih yakin akan membuangnya ke tempat sampah?
Artikel telah tayang di health.grid.id dengan judul Jangan Dibuang! Ternyata Air Rebusan Kulit Bawang Bombay Ampuh Jadi Obat Turunkan Kolesterol! Begini Cara Buatnya
Penulis | : | Marcel Mariana |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar