Sebagai perbandingan, Malaysia telah melakukan 1.717 tes per satu juta orang, Singapura 11.110 tes per satu juta orang, Brunei Darussalam 20.218 tes per satu juta orang, dan Thailand 359 tes per satu juta orang.
Perlu dibarengi isolasi Menurut Nuning Nuriani, dengan bertambahnya jumlah tes, semakin cepat kasus positif bisa ditemukan dan diisolasi.
"Artinya puncak kasus aktifnya itu bisa sangat tinggi tapi karena ditesnya lebih cepat, maka lebih dini dideteksi."
Namun perempuan yang juga merupakan ketua tim simulasi dan permodelan Covid-19 Indonesia (SimcovID) itu menekankan bahwa peningkatan jumlah tes perlu dibarengi periode isolasi.
Baca Juga: Jangan Dibuang, Kulit Jeruk Bisa Jadi Obat Herbal Cegah Corona!
Sebelumnya, dengan kapasitas tes saat ini dan aturan pembatasan yang longgar - yaitu hanya 30-60 persen masyarakat yang melakukan isolasi, sementara sisanya bergerak bebas - ia memprediksi puncak wabah tercapai pada awal Juli, dengan durasi wabah 10 bulan.
Dengan dilakukannya tes secara masif, beserta aturan pembatasan ketat sehingga hanya 10 persen orang yang keluar rumah, puncak penyebaran wabah bisa bergeser ke akhir April atau awal Mei; tanpa pembatasan ketat, maka puncaknya hanya akan bergeser sedikit ke akhir Mei atau Juni.
Bagaimanapun, Nuning menekankan bahwa perhitungan model merupakan simulasi, bukan angka pasti yang 100 persen dijamin akan terjadi.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar