Untuk melakukan tes Covid-19 diperlukan laboratorium dengan tingkat keselamatan hayati atau Biosafety minimal level 2 (BSL-2).
Menurut Herawati, tidak semua provinsi memiliki kemampuan SDM dan fasilitas yang mumpuni.
"Saya kira kita nggak bisa membebani atau memberikan tanggung jawab besar begitu kepada daerah yang saya tahu sampai sekarang itu bahkan masih minta dilatih. Bahkan masih menanyakan SOP-nya apa yang kita pakai. Itu kan berarti nggak siap," ujarnya kepada BBC News Indonesia lewat sambungan telepon.
Maka dari itu, Herawati mengatakan bahwa penyaluran mesin PCR perlu dibarengi dengan pelatihan SDM dan pengembangan prosedur standar operasi (SOP) untuk tes virus corona.
Baca Juga: Miris! Modus Minta Air Saat Semprot Disinfektan, Kades di Sumut Kepergok Hendak Perkosa Warganya!
Itu juga akan mempersiapkan Indonesia untuk menghadapi wabah yang akan datang.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan laboratorium yang akan dipasangkan mesin PCR harus memiliki fasilitas yang memadai, antara lain alat tekanan negatif atau negative pressure.
"Untuk di Jakarta mudah-mudahan Minggu depan sudah bisa di-install karena ini secara teknis membutuhkan sebuah proses pembangunan yang harus terjaga, karena jangan sampai nanti virusnya itu malah menyebar ke mana-mana - sehingga [diperlukan] negative pressure, dan sebagainya.
"Kemudian di daerah pun nanti, kita akan kirim secepatnya, semoga setelah di-install maka dalam tempo dua minggu diharapkan kalau rumah sakit tersebut sudah punya negative pressure maka sudah bisa lab tersebut dipergunakan," kata Arya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Datangkan Alat Deteksi, Puncak Wabah Corona di Indonesia Bisa Lebih Cepat
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar