GridFame.id - PSBB sudah berjalan selama 10 hari.
Namun sepertinya masih belum berjalan dengan maksimal.
Presiden Joko Widodo saja meminta PSBB kembali dievaluasi.
Ahli Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Universitas Indonesia (UI), Hasbullah Thabrani menganggap pembatasan sosial berskala besar (PSBB) belum dilaksanakan maksimal.
Dilansir TribunWow.com, Hasbullah mengaku banyak warga yang masih melanggar aturan PSBB, satu di antaranya terbukti dengan masih padatnya lalu lintas Ibu Kota.
Bahkan menurutnya, banyak warga yang hanya basa-basi memakai masker hanya karena takut ditangkap polisi.
Hal itu disampaikan Hasbullah melalui tayangan YouTube Official iNews, Minggu (19/4/2020).
"Kalau saya lihat tren perkembangannya hari ini (korbannya) masih nambah 300-an," ucap Hasbullah.
"Jadi tambahnya kita belum sampai puncak. Dan bagaimana sampai ke puncak atau tidak, ini sangat tergantung dari disiplin masyarakat kita."
Baca Juga: Kabar Baik Sepekan PSBB, Pasien Sembuh Corona di Jakarta Paling Banyak
Dirinya kemudian menyinggung soal tingkat kedisiplinan warga terhadap perautan PSBB.
Ia menyebut kedisiplinan warga saat PSBB sudah ada pada level mengerikan.
Hasbullah pun menyoroti soal ramainya lalu lintas di tengah wabah Virus Corona.
"Kalau PSBB tidak dilakukan dengan disiplin, tadi saya ikuti tayangan di tv, waduh mengerikan juga itu," jelas Hasbullah.
"Masih banyak yang di Jatinegara, di jalanan juga banyak orang belum mengikuti."
Lantas, ia menilai banyak warga yang mematuhi aturan hanya untuk menghindari teguran pihak kepolisian.
"Yang sudah mengikuti pun pakai masker atau jaga jarak tapi belum optimal karena banyak yang sekedar basa-basi atau takut ditangkap polisi atau ditegur," terangnya.
"Ini bagian tantangan besar kita."
Lebih lanjut, ia bahkan menyinggung peluang adanya puncak baru wabah Virus Corona.
Menurut Hasbullah, hal itu bakal terjadi jika PSBB hanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.
"Kemudian kalau kita melakukan PSBB ini waktunya sangat singkat, kemudian bisa menurunkan kasusnya dengan jumlah yang menurun di satu daerah," ujar dia.
"Bukan tidak mungkin setelah satu dua bulan tumbuh kasus baru ada puncak baru."
Baca Juga: Demi Selamatkan Warga Jakarta, Anies Baswedan Ternyata Sudah Rencanakan Ini Meski PSBB Baru 8 Hari
Terkait hal itu, Hasbullah lantas menyoroti peluang kekhawatiran dunia soal peluang adanya kenaikan kasus Virus Corona di China.
Padahal, diketahui kini China justru sudah mengalami perbaikan setelah menjadi negara pertama yang dilanda wabah Virus Corona.
"Sekarang pun di dunia lagi waswas jangan-jangan di China ada kenaikan lagi," tukasnya.
Prediksi wabah virus corona di Indonesia disebut-sebut akan terjadi pada Mei hingga Juni.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Pakar Gugur Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia, Wiku Adisasmito pada 16 April lalu dalam YouTuve Sekretariat Presiden.
"Kami telah mereview dan mengombinasikan seluruh prediksi, puncak pandemi akan dimulai pada awal Mei dan berakhir awal Juni," ujar Wiku.
Baca Juga: Butuh Uang Tambahan Selama Pandemi Corona? 8 Cara Ini Bisa Banget Dilakukan!
Diprediksi, akan ada sekitar 95.000 kasus pada awal Mei hingga 106.000 kasus di bulan Juni dan Juli.
Sebelumnya, melansir Kompas.com (03/04), Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan bahwa berdasarkan data dari Badan Intelijen Negar (BIN), puncak penyebaran virus corona di Indonesia akan terjadi pada bulan Juli 2020.
Pada bulan Juli 2020, diperkirakan kasus Covid-19 di tanah air mencapai 106.287 kasus.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar