GridFame.id - Pandemi Covid-19 masih jadi perbincangan masyarakat juga warganet di media sosial.
Kini media sosial sering adi tempat untuk orang-orang berdiskusi, terutama seputar pandemi corona.
Tak bisa dipungkiri pula bahwa media sosial sering membingungkan karena berbagai informasi bisa liar bergulir di sana.
Baca Juga: 58.722 Warga Jakarta Jalani Rapid Test Corona, 2.313 Orang Dinyatakan Positif Corona
Jika mengamati komentar media sosial, banyak yang mengatakan bahwa angka konfirmasi Covid-19 di Indonesia relatif rendah jika dibanding negara maju seperti AS.
Angka kasus Covid-19 di Indonesia yang dianggap rendah ini dianggap disebabkan oleh penggunaan vaksin BCG pada bayi baru lahir.
Vaksin BCG, akronim dari Bacille Calmette-Guérin (BCG), merupakan vaksin tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun.
Benarkah hal ini?
Pertama-tama mari kita melihat data yang ada.
Menurut data Worldmeters, hingga Sabtu (18/4/2020) pukul 16.08 WIB, jumlah kasus positif di AS mencapai 710.272 kasus dengan 63.510 kematian.
Dan pasien positif Covid-19 yang sudah dikonfirmasi di Indonesia 6.248 kasus dengan 535 kematian.
Namun perlu diketahui, AS telah melakukan tes Covid-19 kepada 3.579.797 warga penduduknya.
Setidaknya tercatat 2.146 orang per satu juta penduduk yang dites.
Baca Juga: Sebelum Meninggal, Pasien Positif Virus Corona ini Sempat Shalat Jumat Bersama Para Warga
Dibandingkan dengan Indonesia, jumlah kasus yang dites masih sangat rendah.
Dari sekitar 260 juta penduduk di Indonesia, yang melakukan tes Covid-19 baru 37.134 orang.
Artinya baru 23 orang per satu juta penduduk yang dites.
Panji Hadisoemarto, pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran pun mengatakan bahwa angka pelaporan kasus di Indonesia harus disandingkan dengan jumlah kasus potensial yang dikonfirmasi laboratorium untuk Covid-19.
"Karena jumlah pemeriksaan yang kita lakukan masih sedikit, kemungkinan besar banyak kasus tidak berhasil kita temukan," ungkap Panji kepada Kompas.com, Sabtu (18/4/2020).
"Negara lain mungkin melaporkan lebih banyak kasus, justru karena mereka lebih bagus dalam pencarian kasusnya," terang Panji.
Negara-negara di seluruh dunia sedang berjuang meningkatkan pengujian. Ini artinya, jumlah kasus yang dilaporkan saat ini sebenarnya jauh di bawah perkiraan.
Sementara kematian yang dilaporkan, tumpang tindih dengan banyaknya laporan kematian karena infeksi pernapasan lainnya.
Kata WHO soal vaksin BCG dan Covid-19
Dalam keterangan tertulis, WHO menegaskan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin BCG dapat mencegah penularan Covid-19.
"Tidak ada bukti bahwa vaksin BCG melindungi orang dari infeksi virus Covid-19. Dua uji klinis untuk menjawab hubungan keduanya sedang dilakukan dan WHO akan mengevaluasi jika sudah ada bukti," tulis WHO dalam laman resminya.
Tanpa adanya bukti, WHO tidak merekomendasikan vaksinasi BCG untuk pencegahan Covid-19. WHO merekomendasikan vaksinasi BCG neonatal di negara dengan kasus TB yang tinggi.
Pada 11 April 2020, WHO memperbarui ulasan bukti yang sedang berlangsung dari database ilmiah dan repositori uji klinis menggunakan istilah pencarian bahasa Inggris, Perancis, dan China untuk Covid-19, virus corona baru, SARS-CoV-2, dan BCG.
Tinjauan itu menghasilkan tiga pracetak (manuskrip yang diunggah online sebelum peer-review, atau peninjauan oleh pakar lain di bidang yang sesuai).
Penulis membandingkan kejadian Covid-19 di negara-negara yang menggunakan vaksin BCG dengan negara yang tidak menggunakan vaksin BCG, juga mengamati bahwa negara yang secara rutin menggunakan vaksin BCG pada bayi baru lahir disebut memiliki lebih sedikit kasus Covid-19 yang dilaporkan saat ini.
Untuk diketahui, ini merupakan hasil studi sangat awal dan belum ditinjau oleh ahli lain. Oleh sabat itu, hasilnya pun tidak dapat dijadikan acuan.
"Studi-studi ekologi (studi korelasi populasi) semacam ini rentan menjadi bias, termasuk perbedaan dalam demografi nasional dan beban penyakit, tingkat pengujian untuk infeksi virus Covid-19, dan tahap pandemi di setiap negara," tulis WHO.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkah Angka Positif Covid-19 di Indonesia Rendah karena Vaksin BCG?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar