GridFame.id - Pemerintah Indonesia memang sudah menyalurkan Bantuan Sosial (Bansos).
Hal ini sudah disampaikan melalui Kementrian Sosial (Kemensos) mengenai dana bansos.
Bansos dari pemerintah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Bantuan Sosial Tunia (BST) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
Baca Juga: Bansos 300 Ribu Turun Hari Ini, Langsung Cek Nama Penerima di dtks.kemensos.go.id
Porgram Pemerintah Indonesia ini memang untuk membantu maysarakat yang kurang mampu dan terkena dampak Covid-19.
Hal ini bisa meringankan masyarakat yang kurang mampu untuk bisa bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19 ini.
Namun baru-baru ini, BST di Jakarta malah diselewengkan hingga keluarga kaya bisa menerima dana bansos.
Mengutip dari Kompas.com, Sekretaris Jenderal Serikat Pejuang Rakyat Indonesia (SPRI) Dika Moehammad mengatakan, ada penyelewengan dalam pendataan dan pendistribusian bantuan sosial tunai ( BST) di DKI Jakarta.
Penyelewenangan ini terungkap setelah Koalisi Reformasi Perlindungan Sosial yang berisikan SPRI, IBP, Perkumpulan Inisiatif, FITRA, serta Kota Kita melakukan pemantauan di 32 kelurahan di Ibu Kota.
Dika menuturkan, ada 600 kepala keluarga (KK) ber-KTP DKI Jakarta atau yang terdaftar di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta tidak mendapatkan BST.
Lalu, ada 534 KK yang memiliki KTP daerah lain, tetapi telah tinggal di Jakarta selama lebih dari enam bulan, juga tidak mendapatkan BST.
"Pekerjaannya ada buruh lepas, buruh pabrik, buruh panggul, cuci gosok, kupas bawang, tukang sampah, penjual kopi keliling, dan sebagainya," kata Dika dalam acara diskusi virtual, Selasa (16/2/2021).
Baca Juga: Coba Cek Nama di dtks.kemensos.go.id Sebagai Penerima Bansos Rp 300 Ribu Pakai KTP atau KK
Selain itu, ada 75 KK yang termasuk sebagai keluarga kaya mendapatkan jatah BST di 12 kelurahan.
Koalisi Reformasi Perlindungan Sosial juga melakukan observasi dan mewawancarai 300 penerima BST di 30 kelurahan.
Hasilnya, sebanyak 37,7 persen penerima BST menyatakan, penyelenggara tidak membuka daftar penerima untuk umum.
Selain itu, banyak warga penerima manfaat yang melaporkan adanya pungutan liar (pungli) yang dilakukan oleh oknum sebagai ucapan terima kasih.
Aduan ini ditemukan di 18 RT yang tersebar di sembilan kelurahan.
"Kebanyakan korban takut untuk melapor secara resmi. Alasannya (pemotongan BST) untuk dibagikan kepada warga yang tidak mendapat BST. Ada modus untuk alasan pembangunan pos RW, pembelian ambulans, pembangunan tempat ibadah, dan sebagainya," tutur Dika.
Aduan lainnya, sebanyak 19 persen masyarakat yang dipantau mengatakan bahwa lokasi pendistribusian jauh dari rumah tinggal.
Lalu, 30,5 persen warga menyatakan, jadwal pendistribusian dilakukan bertepatan dengan waktu kerja.
Tidak bisa mencairkan BST
Dika menambahkan, pihaknya juga melakukan pengamatan di 25 kelurahan.
Hasilnya, 47 KK di tujuh kelurahan dilaporkan tidak bisa mencairkan dana BST karena tidak bisa menunjukkan KTP suami.
Baca Juga: Ini Jadwal Bansos Februari 2021, Jangan Sampai Telat Daftar dan Terima
Hal ini terjadi karena berbagai kondisi, antara lain karena sudah bercerai, ditinggal oleh suami, atau suaminya bekerja di luar kota.
Dika juga melaporkan, ada 135 KK penerima BST di 16 kelurahan yang juga merupakan penerima bantuan lain, seperti program keluarga harapan (PKH), BPN, dan KLJ.
Laporan lain, yakni 76,8 persen penerima manfaat yang disurvei juga mengeluhkan bahwa besaran dana BST yang diterima setiap KK tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, 80,4 persen penerima merasa besaran dana BST habis digunakan untuk kebutuhan sehari-hari selama dua hari sampai dengan satu minggu saja.
"92,3 persen menyatakan bahwa dana BST habis digunakan untuk membeli kebutuhan sembako," ucap Dika.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BST di Jakarta Diduga Diselewengkan, Ada Keluarga Kaya Dapat Bansos hingga Pungli"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Luqman Ilham |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar