Temuan studi Gletser Kiamat di Antartika ini menambah wawasan tentang teori sebelumnya tentang ketidakstabilan tebing es laut.
Teori itu menyebut bahwa jika ketinggian tebing es mencapai ambang tertentu, tebing ini dapat tiba-tiba hancur karena beratnya sendiri dalam reaksi berantai dari patahan es.
Gletser Thwaites di Antartika, terkadang disebut sebagai Gletser Kiamat, yang bergerak mendekati ambang batas ini dan dapat berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut hingga hampir 3 kaki, jika gletser ini runtuh.
Gletser Kiamat di Antartika ini berukuran sekitar 74.000 mil persegi, kira-kira seukuran Florida, dan sangat rentan terhadap perubahan iklim dan laut.
Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa gunung es yang retak dan jatuh dari gletser utama dalam proses yang dikenal sebagai 'iceberg calving', dapat mencegah daripada berkontribusi terhadap bencana keruntuhan.
Sebab, jika bongkahan es terjebak pada singkapan dasar laut, maka mereka dapat memberikan tekanan balik pada gletser untuk membantu menstabilkannya.
Bassis mencatat, bahkan jika gletser tidak runtuh secara besar-besaran, mengekspor tebing es tinggi maka masih bisa memicu kemunduran beberapa kilometer per tahun.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar