Selanjutnya, akan berkontribusi besar terhadap kenaikan permukaan laut di masa depan.
Meskipun jelas bahwa Thwaites dan gletser lainnya mencair, kecepatan kematian mereka sangat menarik bagi daerah pesisir saat mereka mengembangkan strategi untuk beradaptasi dan membangun ketahanan.
Kendati demikian, memprediksi mundurnya gletser adalah masalah yang sangat rumit.
Sebab, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi, baik tekanan dan ketegangan miliaran ton es yang bergeser, perubahan suhu udara dan air, serta efek dari aliran air cair.
Akibatnya, prediksi runtuhnya Gletser Thwaites berkisar dari beberapa dekade hingga berabad-abad.
Studi baru, kata Bassis, merupakan langkah penting untuk menghasilkan prediksi yang akurat dan dapat ditindaklanjuti.
"Penelitian ini menawarkan harapan bahwa kita tidak mendekati kehancuran total, ada langkah-langkah yang dapat mengurangi dan menstabilkan keadaan. Dan kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah banyak hal dengan membuat keputusan tentang hal-hal seperti emisi energi—metana dan CO2," jelas Bassis.
Anna Crawford, mahasiswa pascasarjana, peneliti lain yang tergabung, mengatakan temuan penelitian ini juga akan berguna untuk memprediksi nasib gletser lain dan formasi es di Kutub Utara dan Antartika.
"Wawasan penting ini akan menginformasikan penelitian masa depan tentang mundurnya Gletser Thwaites dan gletser besar lainnya dari lapisan es Antartika Barat yang rentan untuk mundur melalui kegagalan tebing es dan ketidakstabilan tebing es laut," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Gletser Kiamat Terbesar di Antartika Ini Diprediksi Segera Runtuh, Studi Jelaskan
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar