GridFame.id - Soimahh mendadak mengaku menjual koleksi jam dan tas-tas mewah miliknya, Deddy Corbuzier bahkan sentil masalah ekonomi.
Deddy Corbuzier mengaku terkejut ketika pertama kali mengetahui rencana Soimah melalui pesan WhatsApp.
Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini Deddy pun merasa heran.
Waduh, ada apa ya?
Benarkah Soimah tengah mengalami kesulitan ekonomi?
Deddy akhirnya bertanya langsung pada Soimah lewat podcast Deddy Corbuzier.
"Dulu suka koleksi jam mahal, merek-merek mewah itu ratusan juta, se-M (miliar) lebih kali, terus belakangan mbak Soimah juga yang nanya ke saya mau dijual itu jam-jam," kata Deddy dalam podcastnya dan dibenarkan oleh Soimah.
"Kan anda tidak ada masalah ekonomi, tidak lagi kepepet," lanjut Deddy dengan penasaran.
Terlepas dari kebingungan Deddy ketika menerima WhatsApp-nya saat itu, Soimah mengaku bisa memaklumi sekalipun seandainya Deddy memiliki pemikiran, Soimah sedang dalam kesulitan keuangan karena Covid-19.
Kemudian Soimah menjelaskan alasannya memilih untuk menjual jam tangan mewah koleksinya.
"Dari hidup miskin ke kaya ini sebenarnya apa yang dicari?" ucap Soimah bertanya-tanya.
"Saya pernah merasakan OKB (orang kaya baru), zaman awal-awal, punya duit, opo wae (apa saja) dibeli, semakin ke sini 'iki opo to jane', (ini sebenarnya apa sih)? Buat apa? punya satu aja udah cukup," lanjutnya.
Merasa tidak membutuhkan lagi barang-barang mewah tersebut, Soimah memilih untuk hanya menyisakan satu jam tangan mewah dan menurutnya itu sudah cukup. Bahkan, tidak hanya jam tangan, penyanyi asal Pati, Jawa Tengah itu juga menjual hampir semua koleksi tas mewahnya.
"Selain jam, tas-tas, satu lemari 'iki nggo opo jane?' iki bukan fashion-ku, aku sebenarnya enggak gitu, itu bukan aku," kata Soimah. Mungkin sama seperti orang lain yang mengoleksi tas mewah untuk investasi, Soimah dulu juga memiliki pemikiran seperti itu.
"Awalnya alasannya begitu, investasi," ucap Soimah diiringi tawa. "Ada beberapa brand yang memang bisa buat investasi, cuma semakin ke sini aku tuh enggak pernah makek (dipakai)," lanjutnya.
Soimah justru lebih nyaman memakai tas biasa anyaman dari pasar. Apalagi dia juga tinggal di Yogyakarta yang tidak begitu memerlukan memakai tas mewah.
"Arep dipake nang endi, nang Jogja, (mau dipakai di mana di Jogja) mau ngapain di Jogja pakai barang-barang merek, sopo arep ndelok (siapa mau lihat), enggak penting juga," tutur Soimah. "Kadang pakai tas keranjang dari pasar anyaman itu, lha iku nyaman banget," sambungnya.
alaupun demikian, Soimah tetap menyisakan beberapa tas mewahnya untuk keperluan pekerjaan. "Satu dua udah cukup, akhirnya tak jual semua, nyisain beberapa," ucap Soimah.
Uang dari menjual barang-barang mewah koleksinya itu digunakan Soimah untuk membantu keluarga, karyawan, orang lain yang membutuhkan bantuannya.
Dengan banyaknya kebutuhan untuk orang-orang di sekitarnya itu, Soimah berusaha untuk tidak menyentuh uang tabungan, sehingga dia memilih menggunakan uang dari hasil menjual barang-barang yang tidak terpakai.
"Kalau kita mau ngambil ibarat dari tabungan, sebisa mungkin jangan. Kalau bisa, barang-barang yang sekiranya kita anggap enggak kepakai, yang akan jadi duit, itu yang bisa dipakai buat bantu orang," ucap Soimah.
Selain untuk membantu orang, Soimah juga menggunakan uang hasil menjual barang-barang mewahnya itu untuk mendukung hobinya, memelihara tanaman.
"Yang kedua untuk hobi kita supaya kita enggak stres, tanaman," ujar Soimah membuat Deddy tertawa.
"Karena masa sekarang taneman itu yang bisa diputar, dan bahagia bisa jadi hobi," kata Soimah lagi. Sempat merasakan menjadi OKB yang ingin membeli berbagai macam barang, Soimah tak menyesal menjual barang-barang mewah miliknya.
Karena Soimah merasa menemukan dirinya yang sesungguhnya saat ini, Soimah yang apa adanya.
"Minimal udah pernah bisa ngerasain (hidup mewah), tapi ternyata hidup itu sebenarnya ya se-simple itu," ujar Soimah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soimah Ungkap Alasan Menjual Jam Hingga Tas Bermerek Miliknya"
Source | : | kompas |
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar