GridFame.id- Pandemi belum usai, kini terdapat virus baru yang tengah menjadi perbincangan warganet, yakni virus Marburg.
Virus Marburg tengah menjadi topik pembahasan pada tahun 2021 ini, bagaimana tidak virus ini dinilai lebih bahaya daripada Covid-19.
Bahkan risiko kematian dari virus Marburg bisa mencapai 88 persen. Ini artinya virus ini tidak boleh disepelekan.
Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga beri peringatan virus Marburg yang memiliki gejala hampir mirip dengan dengan demam berdarah.
Melansir Reuters, menurut WHO kasus virus Marburg adalah yang pertama kali terjadi di Afrika Barat.
Penularan virus Marburg ke manusia bisa terjadi karena kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni koloni kelelawar Rousettus.
Mengutip Kontan (14/10/2021), Rousettus aegyptiacus, kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae, yang dianggap inang alami virus Marburg.
Seperti diketahui, virus Marburg merupakan satu keluarga dengan Ebola. Keduanya berasal dari anggota keluarga filovirus.
Meski penyebabnya berbeda, namun kedua penyakit ini secara klinis serupa.
Lantas apa gejala yang mengindikasikan seseorang terkena virus Marburg? Ketahui pula penyebaran virus dalam tubuh
Penyebaran dan Gejala virus Marburg
Menurut WHO, setelah menginfeksi manusia, virus itu menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, atau dengan permukaan dan bahan yang terkontaminasi.
Seseorang yang terinfeksi virus Marburg biasanya akan disertai gejala seperti; demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak nyaman.
Mereka yang terinfeksi juga bisa mengalami diare kronis, perut dan kram, mual dan muntah dapat dimulai pada hari ketiga setelah infeksi.
Pada hari kedua dan ketujuh setelah timbulnya gejala, pasien juga akan mengalami ruam tanpa gatal.
Banyak pasien mengalami gejala berat setelah tujuh hari infeksi. Pendarahan bisa terjadi di hidung, gsi, dan area vagina.
Selama fase penyakit yang parah, pasien mengalami demam tinggi.
Virus tersebut juga memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresi.
Pada fase akhir, yaitu hari ke 15 setelah terinfeksi, pasien juga bisa mengalami orchitis atau radang testis
Dalam kasus yang fatal, kematian biasanya terjadi antara hari kedelapan dan sembilan hari setelah onset atau awal terjadinya penyakit, biasanya didahului dengan kehilangan darah yang parah dan syok.
WHO menyebutkan, tingkat kematian berkisar antara 24 persen hingga 88 persen pada wabah sebelumnya, tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengungkapkan belum ada terapi ataupun obat khusus yang bisa diterapkan untuk virus ini.
“Saat ini, tidak ada terapi atau obat khusus yang disetujui untuk penyakit virus Marburg,” terangnya.
Meskipun tidak ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui, rehidrasi oral atau intravena serta pengobatan gejala spesifik bisa memperbesar tingkat kelangsungan hidup.
***
Source | : | Reuters,kompas,kontan |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar