GridFame.id- Masuk akhir tahun 2021 cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan.
Fenomena alam lain, La Nina juga mendukung potensi hujan yang turun 20-70 persen lebih tinggi dari biasanya.
Pakar Studi bencana yang menjabat juga sebagai Kepala Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNS, Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si mengingatkan kepada masyarakat terkait bencana alam hidrometeorologi.
Dirinya mengungkap bencana hidrometeorologi akan berpotensi saat terjadi musim hujan seperti sekarang ini.
Untuk diketahui, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti tenperatur, curah hujan, angin, hingg kelembapan.
Jika menilik kondisi tahun lalu, Indonesia sempat alami kenaikan hingga delapan kali lipat dibanding dengan tahun 2005.
Artinya apa?
Artinya potensi kenaikan bencana hidrometeorologi di Indonesia akan cukup tinggi tentunya.
Peningkatan potensi ini didukung dengan adanya perubahan iklim dan juga ulah manusia yang dengan sengaja merusak lingkungan juga akan memperparah terjadinya bencana hidrometeorologi.
Dampaknya jika terjadi bencana hidrometeorologi adalah; longsor, banjir, dan bencana lain bisa dinamakan bencana hidrometeorologi.
Chatarina menyebut bencana ini bisa terjadi didukung karena adanya penggundulan hutan, pengolahan tanah di lereng-lereng bukit yan tidak bijak maupun curah hujan di atas normal yang terjadi seperti sekrang ini.
“Salah satu contohnya yakni banjir yang saat ini mendonimasi bencana yang sering terjadi di Indonesia,” katanya.
Selain itu kurangnya pepohonan yang bertugas untuk menyerap air hujan sdi daerahnya hulu juga menjadi faktor banjir di daerah hilir,
Karenanya, Chatarina memberikan himbauan kepada masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungan sekitar dengan tidak merusaknya dan mengekploitasi alam terlalu banyak
Menurutnya apabila masyarakat dan pemerintah bisa komitmen untuk lebih peduli lingkungan maka bencana hidrometeorologi juga dapat dikendalikan lebih mudah.
Sebelumnya pihak BMKG juga sudah memberikan peringatan dini terkait musim hujan dan puncak hujan yang terjadi di 2021.
Di mana bulan Oktober hingga November akan ada 232 ZOM (67.8 persen) dari 342 ZOM.
Sedangkan puncak hujan yang akan terjadi di sebagian besar wilayan Zona Musim (ZOM) yang terjadi ada bulan Januari-Februari 2022 dengan sebanyak 244 ZOM (71.3 persen)
Dengan perkiraan sifat hujan yang akan terjadi memiliki sifat normal hingga atas normal. Maka tak heran kita harus waspadai beberapa bencana alam yang bisa terjadi akibat intensitas hujan yang terus-menerus di beberapa wilayah Indonesia.
Salah satunya masyarakat yang berlokasi di daerah yang rawan bencana alam diharapkan untuk siap sigara mengikuti imbauan BMKG terkait potensi bencana terbaru.
Dari segi pemerintah sendiri juga sangat diharapkan dapat memberikan sosialisasi lebih tetang kesiapsiagaan bencana serta mitigasi bencana hidrometeorologi.
Source | : | Uns.ac.id |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar