GridFame.id - Sosok Sophan Sophiaan sempat jadi bintang pada masanya.
Bersama dengan istrinya Widyawati, keduanya jadi artis sinetron yang sangat melegenda.
Sayangnya, Sophan Sophiaan harus pergi untuk selama-lamanya terlebih dulu.
Sophan Sophiaan yang menjadi ketua event Jalur Merah Putih (JMP) 2008 yang diikuti 273 Harley Davidson mengembuskan napas terakhir.
Ia terjatuh dari Harley yang ditungganginya di kawasan hutan Widodaren di perbatasan Ngawi, Jawa Timur, dan Sragen, Jawa Tengah.
Road show motor gede (moge) keliling Pulau Jawa yang digagas Sophan dan teman-temannya berangkat dari Jakarta, 12 Mei lalu.
Rutenya dimulai dari Jakarta, Rengasdengklok, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Rembang, Tuban Surabaya, Kediri, Karanganyar, Solo, Yogyakarta, Purwokerto, Bandung, dan Bogor.
Rombongan akan tiba di Jakarta pada 20 Mei, tepat saat bangsa ini merayakan 100 tahun hari Kebangkitan Nasional.
Tak ada firasat dari teman maupun peserta touring lainnya.
Rombongan tiba di kawasan hutan Widodaren pukul 09.49.
Tiba-tiba, motor Sophan yang berada ditengah-tengah rombongan terjatuh.
Sophan pun juga ikut terjatuh dengan posisi tertelungkup.
"Saat jatuh posisinya tertelungkup. Tak terlihat adanya luka. Kakinya patah dan dari mulutnya keluar darah. Sepertinya luka dalam," ujar peserta JMP 2008 yang saat itu berada di mobil pengawal. Menurut Tri Erika, mobilnya berada di belakang Sophan.
Namun, meskipun terhalang beberapa motor lainnya, Tri Erika bisa melihat jelas saat Sophan terjatuh.
"Tidak benar kalau ada tabrakan beruntun tiga motor. Pak Sophan jatuh sendiri karena ada lubang sebesar roda motor Harley," tegas Tri.
Istri Sophan, Widyawati, yang ikut dalam touring tersebut ketika peristiwa ini terjadi ada di mobil pengawal.
"Mobil saya beda tempat dengan Ibu Widyawati. Jadi beliau tidak apa-apa," ujar Tri.
Sophan yang tak sadarkan diri langsung dibawa ke RSUD Sragen.
Sayangnya di perjalanan, Sophan menghembuskan napas sekitar pukul 10.00.
Namun Widyawati curiga sang suami meninggal bukan karena kecelakaan tunggal, melainkan dilindas oleh pengendara di belakangnya.
Kecurigaan ini juga diamini pelawak Indro Warkop.
Menurut Indro, risiko mengendarai sepeda motor dengan berkonvoi memang besar.
Apalagi menurut Indro, iring-iringan sepeda motor memang sulit diatur.
"Pasti susah diatur," ucap lelaki yang memiliki hobi mengendarai motor besar ini.
Karena itu, kecelakaan yang terjadi pada Sophan memang rawan terjadi dalam sebuah konvoi sepeda motor.
Itu pula sebabnya, Indro langsung menebak saat itu Sophan meninggal karena tertabrak atau terlindas sepeda motor di belakangnya.
"Justru saya bingung ternyata bukan tertabrak katanya, tapi kecelakaan tunggal," ujar Indro.
Terlebih, dilaporkan Sophan mengalami luka patah tulang di berbagai bagian tubuh.
Menurut Indro, luka tersebut tak mungkin didapat Sophan bila hanya kecelakaan tunggal.
Kecepatan saat peristiwa terjadi pun tidak lebih 50 kilometer per jam.
Kini, Widyawati sudah ikhlas dengan kepergian sang suami.
Namun demikian, ia tetap akan mencari penyebab sebenarnya kecelakaan almarhum suami.
"Kalau ikhlas, ya jelas sudah ikhlas. Yang saya pertanyakan adalah penyebabnya," ucap Widyawati.
Sebuah fakta kemudian terkuak, tempat kecelakaan Sophian Sophiaan ternyata memang angker dan berbahaya.
Hal itu diungkap oleh Mada dan Hari Hao dalam channel YouTube Kisah Tanah Jawa.
Menurut pengakuan Hari Hao sangi ahli supranatural, ia ingat betul dengan kecelakaan yang melibatkan aktor senior tersebut.
Ia mengatakan jika Sophan dan rombongan melintasi jembatan kecil yang memang memiliki energi pekat dan gelap.
Sebelum itu, rombongan touring sebenarnya sudah diperingatkan warga untuk jangan jalan dulu karena bersamaan dengan waktu maghrib.
Tapi mereka nekat meneruskan perjalanan karena diburu waktu agar secepatnya bisa kembali ke Jakarta pada 20 Mei 2008.
"Memang sudah diperingatkan untuk jangan jalan dulu, tetapi kini kan touring, motor-motor moge sudah diperingatkan tapi mereka ngejar waktu akhirnya duluan," kata Hari Hao.
Dalam kondisi tidak enak badan akibat kelelahan, Sophaan kemudian melewati jalan ekstrem dan diduga diganggu sosok makluk yang tiba-tiba menyeberang.
Makhluk itu berjalan membungkuk seperti nenek-nenek.
"Waktu mau masuk tikungan yang dimaksud itu kan posisinya turun, ada jembatan, ada seperti yang nyebrang begini (memperagakan menyebrang jalan) ada seperti yang nyeberang," ungkap Hari Hao sembari mempraktikkan gaya membungkuk.
Diperkirakan saat itu almarhum berusaha menghindari makhluk tersebut.
Namun, malah terjatuh dan mengalami kecelakaan tunggal sebelum ditemukan oleh teman di belakangnya.
Hari Hao kemudian melanjutkan jika kasus orang menyeberang memang seringkali meneror para pengendara.
Ngerinya, makhluk misterius itu sebenarnya tidak kasat mata dan memiliki kerajaan di sekitar Alas Mantingan.
Jalur Alas Mantingan sampai sekarang dikenal sebagai tempat uji nyali.
Pengendara yang tidak ingin mendapat teror di sepanjang jalur itu, kemudian memilih membuang uang ke jembatan atau membunyikan klakson sebagai tanda permisi untuk penunggunya.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar