GridFame.id - Beberapa waktu lalu, Nikita Mirzani dan Adam Deni membongkar sosok di belakang Gilang Widya Permana atau Juragan 99.
Mereka berdua yakin bahwa kehidupan Gilang dan Shandy Purnamasari tidak dimulai dari nol.
Pasalnya, nama Gilang dan Shandy tiba-tiba saja langsung melejit lewat MS Glow bersama Maharani Kemala dan Ajik Dewa Gede.
Padahal sebelumnya mereka tidak terdengar sama sekali.
Alhasil Nikita dan Adam membuka sosok pengusaha HS atau Henry Soetio yang diduga memberikan hartanya pada Gilang dan Shandy.
Jika ditilik, sosok HS ini memang bukan orang sembarangan.
Dalam portofolio bisnis nampaknya sosoknya bukan sosok main-main.
Namun benarkah ia adalah sosok di belakang kekayaan Juragan99?
Langsung simak yuk!
Nikita dan Adam sempat membahas soal asal kekayaan Gilang dan Shandy yang disebut dimulai dari nol.
Sayangnya, kisah mereka itu tidak dipercaya oleh Nikita Mirzani dan Adam Deni.
Malah Adam Deni membuat unggahan di mana ia mempertanyakan plat yang digunakan pada mobil.
Namun ditelusuri oleh tim GridFame.id, unggahan itu kini telah tidak ada.
Unggahan itu sempat ramai karena ternyata plat itu bodong alias tidak terdaftar, ditambah Nikita ikut berkomentar di bawahnya.
'Katanya juragan kaya raya, kok platnya bodong sih, katyak puser aja bodong (emoji) Eits, tapi itu mobil dia beneran apa punyanya almarhum Pak HS? Lagi nunggu klarifikasinya' tulis Nikita.
Nikita menduga kalau Henry Soetio ini lah yang membantu Gilang dan Shandy untuk mencapai titik ini.
Yang mengejutkan, Nikita kembali menyebut kalau barang-barang milik HS ini diakui oleh Gilang.
'Udah nggak ada beliau, orang baik suka bantuin orang. Tapi kadang orangnya suka nggak tahu diri. Barang-barang Pak HS banyak diaku-akuin punya juragan itu. Akhirnya ada juga yang buka, biar netizen belajar nggak ada yang kaya mendadak kecuali ngepet (emoji)'
'Wkwkwkwk 'saya mulai dari 0' adalah bullshit! Seandainya nggak ada Pak HS, nggak akan ada tuh kekayaan yang mereka miliki. Gile masyarakat mau dibego-begoin sama beginian (emoji)' balas Adam Deni.
Henry Soetio dikabarkan meninggal setelah menjalani perawatan di CICU RSPAD pada Senin, 19 Juli 2021 pukul 14.45 WIB.
Kabar duka yang diunggah Instagram Raffi Ahmad melalui akun @raffinagita1717 juga mendapat banyak ucapan bela sungkawa dari deretan pengusaha Indonesia.
Sebagian besar memberikan komentar merasakan kesedihan yang mendalam atas meninggalnya sosok Henry Soetio yang dinilai sangat baik.
Tak banyak jejak informasi mengenai latar belakang kehidupan Henry Soetio.
Henry Soetio diketahui merupakan salah satu pengurus IMI (Ikatan Motor Indonesia) di bawah kepemimpinan Bambang Soesatyo untuk periode 2021-2024.
Sosok yang dikenal sangat dermawan ini juga seorang Direktur Utama dari PT Prolindo Cipta Nusantara, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara.
Perusahaan ini berada di Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Luas area izin usaha pertambangan PT. Prolindo Cipta Nusantara adalah sebesar 405 Ha.
Nama Henry Soetio menjadi buah bibir saat menghibahkan Lapangan Tembak Pancanaka di Malang pada 2016 lalu.
Sosok Henry Soetio juga diketahui aktif dalam beberapa kegiatan sosial bersama komunitas penggemar mobil mewah Indonesia.
Henry Soetio disebut juga sebagai pembina Brotherhood Club Indonesia, adalah salah satu komunitas yang berisikan supercar dan exotic car.
Melansir dari unggahan Instagram @alirifki_87, dia menjelaskan bahwa koko Henry Soetio adalah sosok dermawan yang kerap mengajaknya jalan-jalan jam 12 malam sambil membagikan uang kepada tukang becak, orang yang tidur di trotoar, pedagang kecil dan sopir angkot.
Koko Henry Soetio dianggap sebagai sosok yang selalu membantu orang lain, dia juga tak pernah menganggap remeh orang lain meskipun di bawahnya.
Akun @alirifki_87 juga menerangkan bahwa dia telah menyelesaikan tugas seperti biasanya untuk mencarikan 10 ekor sapi untuk dibagikan.
Menurutnya, sosok Henry Soetio adalah seseorang yang selalu menjadi inspirasi dalam kebaikan dan ilmu yang diajarkan olehnya.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar