GridFame.id- Pihak resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis informasi mengenai izin penggunaan darurat terhadap 5 merek vaksin yang akan dijadikan sebaga booster di tahun 2022.
Informasi disampaikan Kepala Badan POM Penny K Lukito dalam konferensi pers, Senin (10/1/2022).
Dirinya menegaskan dikeluarkannya izin penggunaan darurat terhadap 5 merek vaksin ini guna mendukung program penanganan Covid-19 dari pemerintah pusat.
Mengingat kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat sejak diumumkannya varian baru Omicron pada Desember tahun 2021.
“Kita sekarang memasuki tahapan vaksinasi booster, Badan POM mendukung upaya pemerintah dalam penanganan Covid-19. Hari ini kami melaporkan ada 5 produk vaksin yang telah mendapat persetujuan EUA,” ujarnya.
Lebih lanjut, Penny,menyebut bahwa izin penggunaan darurat akan digunakan untuk program vaksin booster homologous dan heterologous.
Baca Juga: Bisa Dapat Vaksin Booster Gratis, Ini Dia Peserta BPJS PBI yang Terdaftar
Efek samping vaksin booster dari masing-masing merek
Lima merek vaksin booster yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM yakni Coronavac (Sinovac), Pfizer , AstraZeneca, Moderna dan Zifivax.
Di mana CoronaVac, Pfizer dan AstaZeneca masuk dalam jenis vaksin booster homologous. Sementara Moderna dan Zifivax masuk dalam vaksin booster heterologous.
Kepala BPOM Penny K Lukito menyebutkan sebelum disetujui sebagai vaksin booster, lima vaksin tersebut sudah melalui proses kajian dan evaluasi dari tim ahli nasional penilai obat atau vaksin.
“Dan telah mendapatkan rekomendasi memenuhi persyaratan yang ada dan dilanjutkan dengan pemberian izin penggunaan darurat,” ujar Penny dalam konferensi pers secara virtual.
Berikut ini 5 jenis vaksin yang bisa digunakan sebagai vaksin booster beserta efek samping:
1. Coronavac PT Bio Farma
Bahan baku vaksin ini dibeli dari Sinovac, perusahaan vaksin asal China. Dinamakan Coronavac PT Bio Farma Setelah melalui proses pengolahan di Bio Farma. Vaksin ini bersifat homologous.
Adapun untuk pemberiannya sebanyak satu dosis terhadap kelompok usia dewasa 18 tahun ke atas.
Hasil uji klinik dari vaksin ini menunjukkan bahwa vaksin Coronavac memiliki reaksi lokal pasca penyuntikan seperti nyeri di tempat suntikan.
Selain itu, imunogenisitas dari Coronavac menunjukkan, peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21 sampai 35 kali setelah 28 hari pemberian vaksin booster pada kelompok dewasa.
2. Pfizer
Vaksin Pfizer juga bersifat homologous dan pemberiannya sebanyak satu dosis setelah 6 bulan mendapatkan vaksin dosis pertama dan dosis kedua.
Selain itu, vaksin Pfizer ini hanya dapat diberikan untuk usia 18 tahun ke atas. Kemudian, data hasil uji klinik menunjukkan, pasca pemberian vaksin Pfizer akan menimbulkan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, nyeri otot, demam, dan nyeri sendi
Selanjutnya, imunogenisitas menunjukkan, peningkatan nilai rata-rata titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan sebesar 3,3 kali.
3. AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca juga bersifat homologous. Data hasil uji klinik menunjukkan, efek samping dari penyuntikan vaksin tersebut bersifat ringan (55 persen) dan sedang (37 persen).
Sementara itu, imunogenisitas menunjukkan bahwa peningkatan nilai rata-rata titer antibodi dari 1.792 menjadi 3700.
4. Moderna
Vaksin Moderna bersifat homologous dan heterologous. Adapun vaksin Moderna bersifat heterologus diperuntukkan bagi AstraZeneca, Pfizer, Johnson and Johnson dengan pemberian setengah dosis.
Adapun respons titer antibodi netralisasi dari vaksin ini sebesar 13 kalinya, setelah dosis booster dan pada usia dewasa 18 tahun ke atas.
5. Zifivax
Vaksin Zifivax juga bersifat heterologous untuk vaksin Sinovac dan Sinopharm. Vaksin ini memiliki respons titer antibodi netralisasi meningkat lebih dari 30 kali pada subjek usia dewasa
Baca Juga: Simak! Ini Kisaran Harga 5 Merek Vaksin Covid-19 Booster yang Akan Diterapkan di Indonesia
Source | : | kompas,tribun |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar