GridFame.id- Kasus varian Omicron di Indonesia setiap pekannya selalu mengalami kenaikan. Kenaikan kasus Omicron terus menghantui masyarakat Indonesia terutama pada kota yang menjadi penyebaran pertama virus ini yakni DKI Jakarta.
Data yang diambil per 9 Januari 2022 menyatakan kasus Omicron di kawasan Ibu Kota telah mencapai 407 kasus.
Penambahan kasus Omicron di Indonesia didominasi berasal dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN).
Data Dinkes Provinsi DKI Jakarta menjelaskan 407 kasus Omicron diantaranya 350 kasus berasal dari kasus impor dan 57 kasus lainnya adalah transmisi lokal.
Jika diamati penambahan kasus ini terus mengalami kenaikan yang signifikan hingga 4 kali lipat jika dibanding pada saat perayaan Nataru tahun 2021.
Selain aksi tanggap dari pihak Pemprov DKI Jakarta tentang penularan varian Omicron yang terus bertambah, Kemenkes RI tak luput memberikan arahan kepada masyarakat.
Terutama bagi mereka yang sudah terinfeksi varian Covid-19 Omicron agar dapat dirawat di rumah. Langkah ini diambil seiring dengan strategi pelayanan yang dilakukan Kemenkes di tengah lonjakan kasus Omicron di Indonesia
Baca Juga: Mulai 7 Januari 2022 WNA dari 14 Negara Ini Dilarang Masuk Indonesia, Simak Daftarnya
Maka dari itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memberikan arahan mekanisme perawatan bagi pasien varian Omicron di rumah
Mengutip Kompas (11/1/2022) saat ditemui wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Senin lalu Budi memberikan beberapa arahan yang harus dilalui pasien positif Covid-19 varian Omicron.
Pertama, pasien akan diberitahukan status hasil pemeriksaannya lewat pesan WhatsApp.
Jadi yang positif itu di-WhatsApp. Setelahnya, dia mesti pilih telemedisinnya. Nanti diberikan konsultasinya gratis. Lalu kalau dari hasil konsultasi perlu obat, nanti obatnya dikirim," ujar Budi.
Budi menegaskan, obat yang diberikan tersebut gratis. Namun, jika dari hasil konsultasi ternyata diketahui pasien tak memerlukan obat maka tidak akan diberikan.
Kalau ternyata tidak perlu obat, ya sudah (istirahat) di rumah saja," tutur Budi. Dia pun menekankan, karantina di rumah difokuskan untuk pasien varian Omicron yang tidak bergejala.
Lalu, jika pasien bergejala batuk, pilek, demam, serta saturasi di atas 95 pun tidak perlu dirawat di rumah sakit (RS)
"Kalau enggak ada gejala ya sudah di rumah saja, enggak usah ngapa-ngapain. Isolasi saja. Tapi kalau dia ada gejala, dikasih paket obat," tegas Budi.
"(Paket obat) sama kayak seperti dulu, tetapi ada Molnupiravir dari pabrik. Itu saja," tambahnya.
Sebelummya, Budi mengatakan, perawatan pasien Covid-19 akibat penularan varian Omicron tidak difokuskan di rumah sakit, tetapi di rumah.
Baca Juga: Empat Negara Disebut Penyumbang Varian Omicron Tertinggi di RSDC Wisma Atlet Ini Rinciannya
Sebab, jelas Budi risiko rawat inap di rumah sakit akibat terinfeksi Omicron lebih rendah dibandingkan periode lonjakan kasus Covid-19 Delta.
Sehingga, strategi layanan dari Kementerian Kesehatan akan digeser yang sebelumnya fokusnya ke rumah sakit sekarang fokusnya ke rumah, karena akan banyak orang yang terkena dan tidak perlu ke rumah sakit," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin.
Budi mengatakan, dari penelitian Kemenkes, dari 414 kasus Covid-19 varian Omicron, sebanyak 114 sudah dinyatakan sembuh, termasuk dua pasien dengan gejala sedang dan sempat membutuhkan oksigen.
Jadi kesimpulannya memang walaupun Omicron ini cepat transmisinya, tapi relatif lebih ringan dari keparahannya," ujarnya.
Budi mengatakan, pihaknya kembali memastikan kerja sama dengan 17 platform telemedisin atau layanan konsultasi kesehatan agar pasien yang menjalani perawatan di rumah dapat mengakses obat-obatan.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga bekerja sama dengan satu perusahaan di bidang logistik dan Kimia Farma untuk kebutuhan obat-obatan.
Terakhir, ia menambahkan, sebanyak 400.000 pil antivirus Covid-19 Molnupiravir produksi Merck juga sudah tiba di Indonesia, sehingga siap untuk digunakan oleh pasien
Baca Juga: Varian Omicron Covid-19 di Indonesia Semakin Menggila Ini Gejala yang Paling Banyak Dirasakan
Source | : | kompas,Tribun |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar