Gejala Ringan, Sedang dan Berat Pasien Omicron
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril mengungkapkan beberapa gejala pasien Covid-19 varian Omicron yang selama ini dirawat di rumah sakit tempat ia bertugas.
Ia mengatakan, hingga saat ini RSPI Sulianti Saroso telah merawat 184 pasien dengan varian Omicron.
Namun demikian, 126 di antaranya sudah dipulangkan dalam keadaan sembuh. Syahril pun mengungkapkan, bila dibandingkan dengan pasien varian delta yang dirawat pada April tahun lalu, pasien varian Omicron dengan gejala ringan hingga berat tidak jauh berbeda.
"Gejala ringan sampai dengan berat hampir sama dengan gejala-gejala Covid-19 yang lalu. Untuk ringan sampai dengan sedang itu demam, batuk, sakit tenggorokan, tidak ada yang khas khusus berbeda dengan Delta yang lalu," kata Syahril dalam sesi tanya jawab dengan media yang ditayangkan YouTube KompasTV, sebagaimana dilansir pada Jumat (28/1/2022).
Sementara, untuk gejala sedang hingga berat dan kritis tergantung keparahannya. Syahril mengungkapkan, beberapa gejala yang ditunjukkan yakni kesulitan bernapas hingga gangguan pada sistem pencernaan.
"Intinya paling besar serangan pada sistem saluran napas. Sehingga kalai dia masuk berat bahkan kritis perlu pertolongan oksigen, yakni dengan High Flow Nasal Cannula (HFNC). Itu tekanannya sangat tinggi. Bahkan kalau sudah masuk kritis pasien harus menggunakan ventilator," kata Syahril.
Adapun Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan, kebanyakan pasien Covid-19 varian Omicron yang dirawat di tempat ia bertugas, yakni RS Persahabatan, menunjukkan gejala batuk dan nyeri tenggorokan.
Ia juga mengungkapkan, gejala awal pada varian Corona berbeda dengan varian Delta.
Pada varian Alpha atau Delta, mulanya pasien akan mengalami demam. Namun, hal itu tidak dirasakan oleh pasien varian Omicron.
"Berbeda dengan Alpha, Beta, Delta, biasanya entry point-nya 90 persen demam. Di rumah sakit kami demam hanya 18 sampai degan 20 persen. Kemudian juga tidak ada sesak, tidak ada yang butuh oksigen. Artinya tidak ada krusakan pada paru-paru," kata dia.
Erlina menjelaskan, hal itu terjadi lantaran terjadi relokasi tempat perkembangbiakan virus SARS-Cov-2 yang telah bermutasi pada varian Omicron di saluran napas atas.
"Jadi enggak sampai ke bawah. Kalau sampai sedikit saja, enggak sampai 20 persen. Itu mengapa gejalanya hanya ringan-ringan saja. Gejala yang khas batuk, nyeri tenggorokan, atau tenggorokan gatal," kata Erlina.
Sehingga, Erlina berpesan jika masyarakat merasakan gatal, nyeri tenggorokan dan batuk segera memeriksakan diri.
"Itu kondisi saat ini yang kita curigai sebagai Omicron. Enggak sampai demam, jadi jangan menunggu demam. Apalagi kalau ada riwayat dengan Omicron, segera periksakan diri," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.
Source | : | tribunnews,kompas |
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar