Robby Tumewu, menurut Harry de Fretes, meninggal dunia tanpa mengalami sakit, meskipun selama enam tahun belakangan menderita strok.
Menurut Harry de Fretes, Robby Tumewu meninggal karena memang sudah waktunya pergi. "Memang sudah waktunya Robby pergi," ucapnya, dikutip dari Tribunnews.
Harry de Fretes menuturkan, selama enam tahun belakangan, Robby Tumewu sudah menderita strok dan sedikit ada perkembangan menuju kesembuhan.
"Sudah tahu ya, beliau sudah terkena serangan strok, sebelumnya udah stroke ketiga, sudah berlangsung kurang lebih enam tahun," papar Harry de Fretes.
Sahabat Robby, Debby Sahertian mengungkap pengalaman paling berkesan semasa sang aktor masih hidup. "Tapi yang paling berkesan itu setiap kita bercanda, terus semakin capek malah semakin jadi. Orang kan capek diem ya biasanya, nah ini malah makin gila. Ibaratnya dia bilang ,'Gue mah udah tau elu, sampe kentutnya false aja gue tau'," sambungnya, dikutip dari Kompas.com.
Tanda Orang Akan Meninggal
Menurut sains, gejala kematian atau tanda orang akan meninggal memang tak selalu tampak seperti death rattle, terminal agitation, ataupun sesak nafas. Gejala bisa jadi tampak halus dan kerap diartikan sebagai kesembuhan.
Fenomena kembali segar menjelang kematian itu diabadikan sejak masa Hippocrates dan Ibnu Sina. Mereka mengungkapkan, penderita penyakit mental memperoleh kesadaran kembali ketika ajal sudah dekat tanpa diketahui sebabnya.
Michael Nahm dalam publikasinya di Journal of Near death Experience pada tahun 2009 memperkenalkan istilah "terminal lucidity" untuk menggambarkan fenomena tersebut.
Dalam publikasi itu, dia menggali 80 referensi hasil penelitian fenomena terminal lucidity pada pasien yang menderita penyakit mental.
Source | : | tribunnews,kompas |
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar